Kasus Delay Panjang Penerbangan Super Air Jet IU690 Jakarta-Pontianak Memicu Kericuhan Penumpang di Bandara Soekarno Hatta Hari Ini - Kalimantannews.id

Kasus Delay Panjang Penerbangan Super Air Jet IU690 Jakarta-Pontianak Memicu Kericuhan Penumpang di Bandara Soekarno Hatta Hari Ini

Kasus Delay Panjang Penerbangan Super Air Jet IU690 Jakarta-Pontianak Memicu Kericuhan Penumpang di Bandara Soekarno Hatta Hari Ini
Kasus Delay Panjang Penerbangan Super Air Jet IU690 Jakarta-Pontianak Memicu Kericuhan Penumpang di Bandara Soekarno Hatta Hari Ini
  • Kasus penerbangan Super Air Jet IU690 rute Soekarno Hatta menuju Pontianak mengalami penundaan panjang hingga larut malam pada Minggu 14 Desember 2025.

  • Penumpang sempat naik pesawat Super Air Jet lalu dipaksa turun kembali tanpa kepastian jadwal keberangkatan. 

  • Situasi memicu protes dan kericuhan di area boarding gate akibat minim informasi maskapai Super Air Jet grup Singa Lion Air.

  • Hingga malam berakhir, Super Air Jet belum menyampaikan keterangan resmi terkait alasan delay penerbangan.

Kalimantannews.id, Bandara Internasional Soekarno Hatta - Malam belum larut di Bandara Internasional Soekarno Hatta. Waktu menunjukkan lewat pukul sembilan.

Namun raut wajah penumpang Super Air Jet rute Pontianak Kalimantan Barat (Bandara Udara Internasional Supadio) justru semakin kusut. Janji terbang pukul 18.20 WIB tinggal catatan jadwal. Realitas berubah panjang, melelahkan, lalu berakhir ricuh.

Penerbangan IU690 menuju Bandara Udara Internasional Supadio menjadi potret telanjang wajah layanan penerbangan murah.

Murah di tiket, mahal di kesabaran. Penumpang naik, menunggu, duduk terdiam dalam kabin, lalu dipaksa turun kembali.

Semua terjadi tanpa kepastian. Tanpa penjelasan masuk akal. Tanpa empati. Malam berubah tegang. Bandara berubah panggung. Penumpang berubah objek uji nyali.

Delay Super Air Jet Tanpa Arah Kejelasan

Kasus Delay Panjang Penerbangan Super Air Jet IU690 Jakarta-Pontianak Memicu Kericuhan Penumpang di Bandara Soekarno Hatta Hari Ini
Semau-maunya Super Air Jet. Jadwal keberangkatan tercatat pukul 18.20 WIB. Boarding baru dibuka sekitar pukul 21.00 WIB lewat gate E 5.

Seluruh penumpang masuk kabin. Mesin tetap sunyi. Kursi terasa semakin sempit. Pendingin udara tak lagi menenangkan.

Waktu berjalan. Tiga puluh menit berlalu. Satu jam terlewati. Seratus lima puluh menit duduk tanpa kepastian terasa seperti hukuman senyap.

Sekitar pukul 22.30 WIB, kru meminta seluruh penumpang turun. Alasan terdengar klise. Operasional. Kata sakti tanpa makna jelas.

Bandara kembali ramai. Nada suara meninggi. Beberapa penumpang memukul kursi. Beberapa lain memilih diam dengan mata lelah. Anak kecil menangis. Lansia terduduk pasrah.

Penumpang Super Air Jet Gerah

Muhammad Arif, usia 40 tahun, berdiri paling depan. Nada suara naik. Wajah memerah. Kesabaran habis.

“Ini benar benar tidak profesional. Kami disuruh naik, menunggu lama di pesawat, lalu disuruh turun lagi tanpa penjelasan jelas. Saya punya banyak agenda penting hari ini dan besok terancam berantakan,” tutur Arif menegaskan pada Minggu, 14 Desember 2025.

Kata kata itu bukan sekadar keluhan pribadi. Suara tersebut mewakili ratusan kepala. Agenda bisnis, urusan keluarga, jadwal kesehatan, seluruhnya terganggu.

Arif juga menegaskan maskapai Super Air Jet gagal memberi informasi transparan sejak awal. Penumpang diperlakukan seperti barang pindahan.

“Kalau memang tidak siap terbang, sampaikan dari awal. Jangan penumpang diperlakukan seperti ini,” lanjut Arif mengingatkan.

Protes menggema. Petugas bandara berupaya menenangkan. Namun emosi terlanjur meletup ke ubun-ubun penumpang Super Air Jet alias maskapai Singa atau Lion Air Grup itu.

Maskapai Super Air Jet Bungkam

Kasus Delay Panjang Penerbangan Super Air Jet IU690 Jakarta-Pontianak Memicu Kericuhan Penumpang di Bandara Soekarno Hatta Hari Ini
Hingga tengah malam, tak ada pernyataan resmi dari pihak Super Air Jet. Tak ada klarifikasi terbuka. Tak ada permintaan maaf publik. Tak ada kepastian jadwal lanjutan.

Dalam dunia penerbangan modern, informasi menjadi hak dasar. Penundaan bukan kejahatan. Ketertutupan menjadi masalah.

Data Kementerian Perhubungan menunjukkan keterlambatan penerbangan masih menjadi keluhan utama penumpang domestik. Tahun sebelumnya, ribuan laporan masuk terkait delay tanpa kompensasi layak.

Regulasi jelas. Penumpang berhak memperoleh informasi tertulis, konsumsi, hingga kompensasi sesuai durasi keterlambatan. Namun praktik lapangan sering jauh dari teks aturan.

Kasus Super Air Jet IU690 ini juga menambah daftar panjang catatan merah layanan penerbangan murah.

Di balik angka dan jadwal, terdapat manusia. Seorang ibu membawa balita. Seorang pekerja buruh lapangan pulang setelah tugas panjang.

Seorang mahasiswa mengejar ujian akhir. Seluruhnya terjebak dalam kabut ketidakpastian dilakukan Super Air Jet.

Bandara bukan rumah. Kursi tunggu bukan tempat istirahat malam. Penumpang membeli tiket bukan membeli rasa dipermainkan.

Super Air Jet kerap memosisikan diri sebagai maskapai berbiaya rendah. Namun biaya rendah tak berarti mengorbankan martabat. Murah bukan alasan menghapus tanggung jawab.

Fenomena ini mencerminkan gaya hidup mobilitas cepat. Orang terbang demi waktu. Namun waktu justru hilang di ruang tunggu.

Maskapai Super Air Jet berlomba menekan harga. Armada diperas. Jadwal dipadatkan. Ruang toleransi semakin tipis. Saat satu masalah muncul, dampak menjalar panjang.

Dalam sistem rapuh, penumpang selalu menjadi korban pertama. Kritik terhadap Super Air Jet bukan soal satu malam buruk. Kritik ini soal pola. Soal sikap. Soal cara memandang konsumen.

Kasus Super Air Jet IU690 memperlihatkan relasi timpang antara maskapai dan penumpang. Informasi dikuasai sepihak. Keputusan turun tanpa dialog. Penjelasan minim.

Dalam negara hukum, konsumen memiliki hak. Dalam negara beradab, empati menjadi kewajiban Super Air Jet, bukan senyap bak ditelan bumi.

Malam di Soekarno Hatta akhirnya berlalu. Namun luka kesal penumpang belum tentu sembuh cepat. Kepercayaan publik mudah runtuh, sulit pulih.

Super Air Jet dihadapkan pilihan sederhana. Terus mengejar untung sambil mengabaikan penumpang. Atau belajar menghormati manusia di balik tiket.

Penerbangan bukan sekadar angka kursi. Penerbangan membawa harapan. Saat harapan dipermainkan, kritik menjadi keniscayaan.

Formulir Kontak