Wahai Bapak Presiden RI Prabowo Subianto! Sambas Menjerit Janji Pemimpin Hampa, Rakyat Hanya Menelan Derita Sengsara - Kalimantannews.id

Wahai Bapak Presiden RI Prabowo Subianto! Sambas Menjerit Janji Pemimpin Hampa, Rakyat Hanya Menelan Derita Sengsara

Wahai Bapak Presiden RI Prabowo Subianto! Sambas Menjerit Janji Pemimpin Hampa, Rakyat Hanya Menelan Derita Sengsara

Ekonomi Sambas runtuh, harga pokok mencekik. Rakyat menagih janji pemimpin, suara protes menggema ke Istana.

Kalimantannews.id, Sambas - Di tepian barat Kalimantan, Kabupaten Sambas berdiri bagai kisah lama yang berulang tanah subur, laut melimpah, namun perut rakyat kian keroncongan.

Harga kebutuhan pokok menari liar, bagai angin barat yang tak kenal belas kasihan.

Presiden RI Prabowo Subianto, nama besar yang diharapkan rakyat, kini disapa dengan lirih, bukan dengan puja, melainkan dengan rintihan.

Tanggal 23 September 2025, catatan sejarah lokal ini akan terpatri. Di pusat kota kecil, Aliansi Suara Rakyat bersiap menyalakan api protes.

Erwin dan kawan-kawan, memikul bendera rakyat yang lelah menunggu janji. Firdaus, Sekjen Moderasi Lintas dan Etnis Kalimantan Barat, menatap gelombang itu dengan mata tajam.

“Ini bukan sekadar aksi. Ini suara dari bumi yang kian menipis harapannya,” ucapnya pada Minggu, 21 September 2025.

Luka Ekonomi Rakyat

Harga cabai menembus langit, beras bagai emas putih. Di pasar tradisional Sambas, pedagang menunduk lesu, pembeli menawar dengan wajah getir.

Firdaus menuding jantung masalah pengawasan perdagangan yang ompong, dinas terkait yang terlelap.

“Kebutuhan pokok tak terkontrol, harga mencekik. Pemerintah seakan kehilangan gigi,” dia mengingatkan.

Saban hari, warga desa harus menempuh perjalanan jauh demi sekadar membeli beras murah, yang kini hanya tinggal nama.

Lapangan kerja? Hanya ilusi. Anak-anak muda Sambas, lulusan sekolah menengah hingga sarjana, menggenggam ijazah bagai kertas tanpa harga. Pabrik tak hadir, investor hanya mampir sebentar lalu pergi.

Retak Sosial Menggema

Kemiskinan menjalar seperti akar beringin, diam-diam tapi merobek sendi. Di rumah-rumah kayu tepian sungai, ibu-ibu menanak harapan di periuk kosong. 

Pendidikan, yang seharusnya jadi jembatan masa depan, malah jadi mimpi mahal. Orang tua gelisah, sekolah tinggi tak menjamin perut kenyang.

Firdaus menegaskan, pemerintah daerah bagai menutup telinga. “Masyarakat kian distras, hilang kepercayaan pada pemimpin. Kebijakan seolah hanya melayani mereka yang sudah kenyang,” ucapnya, memecah siang yang panas.

Intrik Politik Janji

Di balik gedung dewan yang berdiri megah, janji pemimpin hanya jadi gema kosong. 

Firdaus mengingatkan, politik bukan panggung sandiwara. “Pemerintah seharusnya meyakinkan publik dengan fakta, bukan kata manis,” tegasnya. Namun yang terdengar di desa hanyalah bisik-bisik kecewa.

Legislatif yang diharapkan membawa aspirasi justru sibuk dengan agenda pribadi. 

Bupati Sambas, Satono, dan Wakil Bupati Sambas, Heroaldi Djuhardi Alwi, nama-nama yang dahulu dielu-elukan, kini disorot tajam.

Rakyat Kabupaten Sambas bertanya, di mana janji pembangunan yang pernah lantang diteriakkan di saat kampanye itu?

Pemimpin Harus Mendengar

Di Kabupaten Sambas, rasa sabar rakyat telah menipis. Aksi yang dipimpin Erwin dan Aliansi Suara Rakyat bukan sekadar protes.

Ini melainkan jeritan panjang desa yang lapar dan terpinggirkan. Mereka menuntut keadilan, bukan belas kasihan.

Prabowo RI Subianto, yang kini memimpin negeri, diseru namanya. Rakyat Sambas ingin dilihat, didengar, dan disentuh kebijakannya.

Mereka tak butuh pidato megah, yang mereka pinta hanyalah harga beras yang waras, pekerjaan yang nyata, dan pemimpin yang hadir, bukan hanya di baliho.

Desa Sambas dalam Gelap

Di senja yang temaram, anak-anak masih bermain di tepi sungai, tawa mereka menembus awan kelabu itu.

Mereka adalah simbol keteguhan meski perut kosong, jiwa tak padam. Di balik protes dan kritik pedas, rakyat Sambas tetap menyalakan pelita harapan.

Apakah pemerintah daerah maupun pusat akan turun mendengar? Ataukah suara ini hanya jadi bisikan yang hilang ditelan politik pusat?

Sejarah akan mencatat. Ketika janji pemimpin jadi hiasan, rakyat yang lapar akan selalu menemukan cara untuk bersuara.

Kabupaten Sambas menunggu jawaban, bukan sekadar janji baru. Sebab perut yang lapar, tak bisa ditenangkan dengan kata-kata.

Formulir Kontak