Kasus paten Apple vs Masimo memantik ironi industri teknologi premium. Sengketa panjang membuka borok inovasi, monopoli, dan kelemahan produk Apple Watch.
Kalimantannews.id, Pulau Kalimantan - Drama teknologi itu tak pernah usai. Setiap kali Apple tampil di panggung, dunia bersorak.
Namun setiap kali Apple masuk ruang sidang, dunia menunduk, menarik napas panjang, lalu bertanya dalam hati.
Mengapa raksasa sekaya itu begitu sering tersandung masalah yang kelihatannya bisa dihindari dengan sedikit kerendahan hati dan banyak transparansi.
Kabar terbaru datang seperti angin lembab menjelang badai. Juri federal di California memutuskan Apple harus membayar Masimo sebesar 634 juta dolar AS.
Alasannya sederhana namun memalukan. Apple dianggap melanggar paten teknologi oksimetri nadi milik perusahaan perangkat medis itu.
Teknologi yang menjadi fondasi fitur pemantauan oksigen darah Apple Watch.
Dalam kalimat lain, Apple kedapatan mengambil sesuatu yang bukan miliknya, dan kini harus membayar mahal.
Reuters melaporkan, juri menemukan mode latihan Apple Watch dan pemberitahuan detak jantung melanggar paten Masimo.
Kalimat itu pendek, padat, dan menohok. Masimo merasa menang telak. Apple merasa dunia salah paham.
Di tengah dua suara besar itu, kita melihat dinamika menarik yang bukan hanya soal paten, tetapi soal moralitas industri, ambisi teknologi, dan batas tipis antara inovasi dan imitasi.
Sensor Darah Digital
“Ini kemenangan signifikan,” ujar Masimo dalam pernyataan terdengar seperti napas lega setelah berlari maraton hukum bertahun-tahun.
Mereka menegaskan pentingnya melindungi inovasi mereka. Tentu saja Masimo punya kepentingan amat dalam.
Sebab, teknologi oksimetri nadi adalah mahkota ilmiah mereka, dan Apple dianggap menyentuhnya tanpa izin.
Apple, dalam balasan yang tak kalah tegas, menyatakan putusan tersebut “bertentangan dengan fakta”.
Perwakilan Apple menambahkan bahwa Masimo bahkan tidak menjual produk konsumen. Apple mengklaim Masimo hanya mengejar mereka selama enam tahun dengan 25 gugatan paten, sebagian sudah dinyatakan tidak valid.
Narasi tandingan Apple terdengar seperti raksasa tersinggung, bukan raksasa bersalah.
Namun publik mengingat detail penting ini. Masimo menuduh Apple merekrut karyawan kunci mereka, termasuk kepala staf medis.
Apple Watch generasi tertentu dilarang masuk AS oleh Komisi Perdagangan Internasional tahun 2023.
Apple kemudian memodifikasi cara kerja fitur pengukuran oksigen agar membaca lewat iPhone, bukan di jam tangan.
Inilah ironi tahun ini. Apple Watch kini jadi jam tangan pintar yang perlu iPhone untuk menghitung kadar oksigen, mirip anak sekolah harus pinjam kalkulator temannya setiap ujian.
Inovasi Yang Tergelincir
Kasus ini bukan sekadar hitungan miliaran dolar. Ini adalah gambaran betapa rapuhnya ekosistem teknologi modern.
Apple dikenal dengan desain mewah, ekosistem kuat, hingga gaya hidup premium yang dijual di balik setiap kotak putih minimalis.
Namun dalam hal teknologi kesehatan, Apple sering berhadapan dengan batu besar bernama regulasi, validasi medis, dan hak cipta ilmiah.
Fitur kesehatan pada Apple Watch memang memukau, tetapi juga menuai banyak kritik akurasi, inkonsistensi pembacaan detak jantung, hingga fitur oksigen darah yang kini digugat.
Dalam beberapa tahun terakhir: Bacaan SpO₂ dianggap kurang akurat pada kulit berpigmen lebih gelap amat itu barang.
Deteksi detak jantung bisa terganggu oleh gerakan tangan intens. Mode latihan Apple Watch terlalu sensitif atau terlalu cuek pada pemakainya.
Masimo, sebagai perusahaan perangkat medis, tentu menjadikan hal ini celah untuk memperkuat argumen bahwa Apple masuk ke ranah mereka kuasai tanpa etika memadai.
Di sinilah satir muncul dengan sendirinya. Apple, sang pemimpin desain global, bisa tersandung oleh sesuatu tidak terlihat mata: cahaya sensor optik.
Fitur Tanpa Makna
Ketika larangan impor Apple Watch diberlakukan, Apple mengambil jalan teknis yang unik ada di kelasnya.
Mereka menciptakan pembacaan oksigen yang dihitung melalui iPhone, bukan langsung dari Apple Watch. Ini bukan solusi jenius. Ini jalan pintas.
Masimo pun menggugat Bea Cukai AS karena meloloskan Apple Watch versi baru itu.
Apple balik menggugat Masimo dan menang imbalan 250 dolar AS, jumlah lebih cocok disebut nilai parkir di Silicon Valley daripada ganti rugi hukum.
Drama ini memanjang, tetapi setiap bab membawa kejelasan baru. Teknologi premium tidak selalu premium di balik panggung.
Apple Watch tetap memiliki kelemahan yang sering diabaikan karena marketing terlalu nyaring sekali dibuatnya.
Pengguna mungkin menyukai gelangnya, notifikasinya, atau integrasi iCloud, tetapi fitur kesehatan masih jauh dari sempurna.
Kekurangan Apple Watch
1. Akurasi Sensor Bergantung Kondisi
Sensor optik Apple Watch bergantung pada cahaya refleksi kulit. Warna kulit, bulu tangan, suhu tubuh, hingga keringat bisa memengaruhi hasil.
Pada kulit gelap, akurasi bacaan oksigen darah dapat turun signifikan menurut berbagai studi independen.
2. Deteksi Latihan Tidak Konsisten
Mode latihan sering memberikan estimasi kalori dan detak jantung yang meleset pada aktivitas lengan intens.
Ini membuat data kesehatan jangka panjang sulit dipakai untuk referensi medis.
3. Fitur Oksigen Darah Membingungkan
Dengan implementasi baru yang dipindah ke iPhone, pengalaman pengguna menjadi aneh.
Jam tangan menangkap cahaya, iPhone menghitung angka. Dua perangkat bekerja untuk satu sensor yang dulu dilakukan satu perangkat.
4. Bergantung Ekosistem
Apple Watch tidak berguna tanpa iPhone. Bahkan kini, untuk beberapa fitur kesehatan, ketergantungan itu semakin besar.
5. Harga Tinggi Tidak Selalu Sejalan Fungsi
Dengan harga premium, Apple Watch seharusnya memberikan keandalan medis lebih kuat. Namun fitur kesehatan mereka bukan alat diagnosis, hanya "estimasi" bergaya futuristik.
Industri Tak Lagi Suci
Kasus Apple vs Masimo menunjukkan satu hal. Inovasi kini rentan bertabrakan dengan hukum, ego, dan ambisi.
Apple dikenal cermat dan tertutup. Masimo dikenal presisi dan keras kepala.
Ketika keduanya bersinggungan, industri menyaksikan bagaimana batas hukum teknologi kesehatan menjadi panggung utama.
Oksimetri nadi bukan barang baru. Masimo mengembangkan teknologinya sejak puluhan tahun lalu, terutama untuk rumah sakit.
Apple masuk kemudian, membawa sensor yang disederhanakan tapi dikemas elegan. Bagi Masimo, ini pencurian ide. Bagi Apple, ini evolusi alami. Kenyataannya, publik kini tahu.
Bahwa fitur kesehatan Apple Watch dibangun di atas ranah ilmu kedokteran yang tidak sesederhana animasi grafik warna-warni dalam aplikasi.
Raksasa Pun Bisa Terluka
Dalam cerita panjang ini, kita melihat. Apple tak kebal hukum. Masimo bukan pesaing kecil yang mudah disingkirkan.
Teknologi kesehatan butuh standar yang lebih ketat. Pertanyaan akhir pun muncul, apakah Apple akan memperbaiki fondasi teknologi kesehatannya atau sekadar memoles ulang dengan bahasa pemasaran lebih halus?
Publik menunggu. Regulator mengawasi. Masimo tersenyum. Apple bersiap banding. Kisah ini mungkin baru bab pertama dari drama korea SCTV-Indosiar lebih besar.
