Sulfikar Menunggu Takdir: Jejak Uang dan Praperadilan Memisahkan Dua Sahabat Sejati - Kalimantannews.id

Sulfikar Menunggu Takdir: Jejak Uang dan Praperadilan Memisahkan Dua Sahabat Sejati

Sulfikar Menunggu Takdir: Jejak Uang dan Praperadilan Memisahkan Dua Sahabat Sejati

Sulfikar Menunggu Takdir: Jejak Uang dan Praperadilan Memisahkan Dua Sahabat Sejati
Kalimantannews.id, Makassar - Senin depan, menurut rencana, berkas Sulfikar akan beranjak dari meja penyidik ke ruang Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan.

Tak ada drama, tapi ada ketegangan yang terselip di setiap dokumen, di setiap lembar bukti yang dikumpulkan Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Sulawesi Selatan. 

Kasubdit IV Renakta Ditreskrimum, Komisaris Polisi Zaki dengan tegas menyatakan soal itu.

“Semuanya sudah lengkap dan barang buktinya semua kita sudah disita,” kata dia pada Jumat, 3 Oktober 2025.

Sulfikar Menunggu Takdir: Jejak Uang dan Praperadilan Memisahkan Dua Sahabat Sejati

Kata-kata itu terdengar singkat, tapi di baliknya, tersimpan riuh prosedur, hitungan uang, dan jejak digital yang seakan berbisik di lorong-lorong kepolisian.

Sulfikar, yang kini menghadapi fase baru, duduk di posisi berbeda dari sahabat lamanya, Hamsul HS, yang baru saja memenangkan praperadilan.

Ini Aliran Dana

Kasus ini bermula dari laporan Jimmy Chandra pada April 2021. Ia menuduh Hamsul dan Sulfikar menipu dan menggelapkan uang miliaran rupiah. 

Dana itu mengalir, masuk ke rekening mereka, termasuk rekening BCA yang tercatat atas nama keduanya.

Putusan Mahkamah Agung kemudian menetapkan Hamsul divonis 2 tahun 6 bulan, Sulfikar 3 tahun 6 bulan. Namun hukum itu seperti sungai, kadang mengalir lurus, kadang berbelok. 

Putusan pidana ini menjadi pijakan bagi penyidik untuk naik ke level pencucian uang (TPPU).

Tetapi sungai itu kemudian bercabang. Pada 30 September 2025, hakim tunggal Pengadilan Negeri Makassar menelusuri prosedur praperadilan Hamsul. Hasilnya mengejutkan penetapan tersangka Hamsul dibatalkan.

“Penetapan tersangka terhadap dirinya tidak sah,” kata hakim. Seketika, Hamsul bebas dari jerat TPPU, setidaknya untuk saat ini.

Praperadilan Beda

Polda Sulsel menghormati keputusan pengadilan, tapi keyakinan mereka tetap sama: aliran dana tetap mengarah pada Hamsul.

Zaki menekankan, “Kami tetap optimistis. Putusan hakim hanya soal prosedur, bukan substansi. Kita akan berkoordinasi dengan Kejaksaan.”

Pernyataan ini bukan sekadar retorika. Ia mencerminkan dinamika hukum di Sulsel: prosedur formil bisa membebaskan, tapi substansi kejahatan tetap menunggu penyelesaian.

Kadir Wokanubun, aktivis dan akademisi, menambahkan perspektif kritis.

“Praperadilan hanya menguji aspek formil, bukan isi perkara. Jika penyidik melengkapi prosedur, pintu untuk menetapkan Hamsul kembali sebagai tersangka masih terbuka.”

Sementara Jermias Rarsina, akademisi Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar, menegaskan, “Kalau syarat formil terpenuhi, penetapan tersangka bisa dilakukan kembali.”

Dua pandangan, satu tujuan: hukum belum menutup lembaran.

Kini, jalannya perkara bagaikan persimpangan malam yang suram. Sulfikar duduk di kursi pemeriksaan berkas, menatap dokumen yang menanti cap jaksa. 

Hamsul menunggu langkah penyidik berikutnya, berada di sisi lain sungai hukum yang sama, namun terpisah oleh keputusan praperadilan.

Kedua nama masih melayang di lingkaran TPPU. Nasib mereka seperti wayang yang dikendalikan oleh prosedur, bukti, dan putusan hakim yang kadang seperti angin tak terlihat, tapi terasa mengubah arah.

Setiap lembar bukti, setiap catatan transfer, adalah saksi sunyi yang merekam perjalanan uang dari kantong korban ke rekening tersangka. 

Dalam dunia yang bergerak cepat, transaksi miliaran rupiah bisa terekam digital, tapi keadilan kadang berjalan lambat, menunggu momentum hukum yang tepat.

Kasus Sulfikar-Hamsul menyoroti beberapa hal penting.

1. Kekuatan Formil vs Substansi

Praperadilan hanya meneliti prosedur. Jika ada kesalahan administratif dalam penetapan tersangka, keputusan bisa membebaskan sementara, meski bukti substansi tetap ada. Hamsul adalah contoh nyata bahwa hukum itu bisa berbelok.

2. Alur Pencucian Uang

Penyidik telah melacak aliran dana. Bukti transfer, rekening ganda, dan dokumen pendukung menjadi dasar kuat untuk menjerat Sulfikar. Pencucian uang bukan sekadar jumlah, tapi proses pengaburan asal dana, yang jika ditelusuri, meninggalkan jejak jelas.

3. Koordinasi Institusi

Polda dan Kejaksaan Tinggi harus sinkron. Pelimpahan berkas bukan sekadar rutinitas, tapi penentu fase berikutnya. Penilaian jaksa akan menentukan apakah Sulfikar langsung disidangkan atau ada tahap klarifikasi tambahan.

4. Dinamika Sosial

Aktivis dan akademisi menunjukkan bahwa masyarakat masih mengawasi. Kasus ini tidak hanya soal hukum, tapi juga persepsi publik tentang keadilan dan integritas aparat.

5. Psikologi Tersangka

Sulfikar menatap masa depan yang belum pasti. Hamsul, sementara itu, merasakan kelegaan sesaat, tapi ketidakpastian masih membayangi. Dunia mereka kini dibatasi oleh dokumen, bukti, dan putusan yang seakan hidup sendiri.

Di balik angka miliaran rupiah, ada wajah manusia. Sulfikar dan Hamsul bukan sekadar tersangka. 

Mereka adalah cermin dari ketegangan hukum, persahabatan yang diuji, dan keputusan yang bisa mengubah hidup.

Di Makassar, berita ini dibicarakan di warung kopi, di kampus, bahkan di meja makan keluarga yang mengikuti perkembangan kasus. 

Rakyat ingin keadilan, tapi hukum bergerak lambat, seperti gelombang laut yang menunggu angin tepat.

Muncul dari ironi, Hamsul menang praperadilan karena prosedur, tapi substansi tindakannya belum hilang. 

Sulfikar menghadapi prosedur dan bukti secara simultan. Dalam dunia hukum ini, keadilan bisa terasa seperti drama panjang, lengkap dengan babak kemenangan dan kekalahan yang tidak setara.

Ketika Sulfikar menatap berkasnya, ia melihat bukan hanya bukti, tapi sejarah perjalanan uang yang merenggut kepercayaan, harapan, dan persahabatan.

Hamsul, yang bebas sementara, menatap masa depan yang ambigu.

Dunia hukum adalah panggung drama yang menegangkan. Setiap langkah, setiap keputusan, membentuk cerita panjang yang belum berakhir. 

Bagi publik, kisah ini bukan hanya tentang uang dan prosedur, tapi tentang manusia, kesalahan, dan harapan yang tergantung pada lembaran dokumen yang bergerak di tangan aparat hukum.

Formulir Kontak