
Ketebalannya mengalahkan iPhone 6 yang sempat menoreh aib Bendgate sepuluh tahun lalu.
Namun, klaim “setipis udara, sekuat titanium” justru memancing rasa ingin tahu publik. Apakah ponsel ini hanya tipis atau memang setangguh logam mulia?
Di media sosial, video perbandingan iPhone Air dengan iPhone 6 yang ketebalannya 6,9 mm meledak tajam.
Subreddit MathJokes bahkan menjadikannya bahan olok-olok “Semakin tipis, semakin banyak peluang patah?” sindir seorang warganet.
Uji Palu Brutal
Belum sempat Zack Nelson alias JerryRigEverything merilis uji ketahanan resminya, dunia maya sudah keburu gaduh.
Kanal YouTube HowToHacks memulai dengan tes tekuk singkat, menekan punggung iPhone Air ke tepi meja. Hasilnya? Masih utuh, meski terdengar suara renyah khas logam yang membuat penonton menggigit bibir.
Yang lebih memompa jantung adalah video TikTok berdurasi 18 detik seorang penguji nekat memukul iPhone Air dengan palu.
Satu, dua, tiga pukulan, dan layar tetap menyala. Retakan samar terdengar di akhir, tapi perangkat bertahan. Internet pun terbelalak antara kagum dan cemas.
Apakah Apple baru saja melahirkan generasi iPhone kebal palu? Atau retakan itu pertanda awal malapetaka?
Logika Tipis Mahal
Apple jelas belajar dari Bendgate 2014. Bodi titanium yang dipakai iPhone Air bukan sekadar gaya.
Logam ini terkenal ringan sekaligus keras, dipadukan dengan bingkai internal yang diklaim mampu menahan tekanan 2,5 kali lebih besar dibanding seri sebelumnya.
Namun, desain setipis 5,6 mm bukan tanpa risiko. Komponen internal dipadatkan sedemikian rupa, membuat ruang pembuangan panas minim.
Dalam pengujian independen, suhu ponsel melonjak hingga 42 derajat Celsius saat streaming 4K. Di balik kekaguman, beberapa pakar teknologi menyoroti sisi gelapnya.
Layar ultra tipis 1,2 mm disebut lebih rentan terhadap micro crack retakan mikroskopis yang mungkin tak langsung terlihat.
Baterai yang lebih pipih juga menyimpan daya lebih sedikit, menurunkan ketahanan hingga 8 persen dibanding iPhone 17 Pro.
Harga? Mulai Rp21 juta untuk varian dasar. “Bayar mahal untuk ponsel yang bisa dipatahkan anak TK dengan niat serius,” sindir kolumnis teknologi dari The Verge.
Kekurangan iPhone Air
Daya Tahan Panas Minim
Ruang pendingin terbatas, potensi overheat saat gaming berat.
Baterai Lebih Cepat Habis
Kapasitas berkurang dibanding pendahulunya, meski efisiensi chip meningkat.
Layar Ultra-tipis Rentan Retak
Micro-crack mungkin muncul meski tidak terlihat kasat mata.
Harga Selangit
Ketipisan tak sebanding dengan nilai fungsional untuk pengguna awam.
Apple memang piawai menjual mimpi. Namun kali ini, mimpi tipisnya bisa berubah jadi mimpi buruk jika retakan kecil berujung patah total.
Fenomena uji palu iPhone Air mencerminkan obsesi publik terhadap “ponsel tak bisa dihancurkan.” Kita hidup di era di mana konsumen tak sekadar membeli gadget, tapi juga ilusi ketangguhan.
Ironinya, sebagian besar pemilik iPhone Air nanti tetap akan menyarungkan ponsel mahalnya ke dalam casing tebal, seolah-olah menertawakan klaim “setipis udara.”
Apple mungkin sudah menyiapkan narasi kebal segala, tapi internet selalu menemukan cara untuk membuktikan sebaliknya.
Pertanyaannya, berapa lama sebelum video tekuk yang lebih brutal muncul dari palu, gergaji, hingga mungkin ban truk?