Namun, kenyataan berkata lain. Dengan ketebalan yang sangat tipis, iPhone Air harus berkompromi baterai yang dijanjikan.
Embel-embel “setara iPhone 16 Plus” ternyata tak lebih dari satu hari pemakaian intensif, dan kamera tunggal jelas kalah jauh dibanding iPhone 17 Pro.
Bagi Apple, ini strategi memperkenalkan generasi baru, menguji pasar, dan memikat segmen pembeli baru.
Tetapi bagi pengguna yang menuntut performa maksimal, iPhone Air tampak seperti ponsel cantik namun “lapar daya” dan minim fitur kamera.
Samsung Tipis Minus
Samsung Galaxy S25 Edge muncul sebagai pesaing langsung, menawarkan sedikit perbaikan baterai 3.900 mAh dan satu kamera tambahan.
Tapi casing ultra tipis membuat Samsung harus mengorbankan kapasitas baterai dan kemampuan telefoto yang sebenarnya menjadi keunggulan utama ponsel flagship saat ini.
Jadi, baik Apple maupun Samsung menunjukkan satu pola “Tipis itu indah, tapi kompromi menyakitkan.”
Penggemar teknologi kekinian tentu tersenyum getir melihat fakta bahwa inovasi estetika kini dibayar dengan keterbatasan performa.
China Siap Gebrak
Di sinilah cerita menarik muncul. Menurut Digital Chat Station, lima produsen top Tiongkok China Huawei, Xiaomi, Vivo, Oppo, dan Honor sedang mempersiapkan ponsel flagship ultra-tipis dan ringan.
Tapi mereka tampak belajar dari kesalahan Apple dan Samsung tetap tipis (5–6 mm), tapi baterai 6.000 mAh siap menemani aktivitas sehari penuh.
Chipset terbaru, seperti Snapdragon 8 Elite Gen 5 dan Mediatek Dimensity 9500, siap menjadi otak ponsel ini, dengan dukungan kamera telefoto yang memukau.
Artinya, pengguna tidak perlu lagi memilih antara tipis dan performa, antara estetika dan daya tahan baterai.
Klaim Telefoto Juara
Sementara iPhone Air hanya mengandalkan kamera tunggal dan Samsung Galaxy S25 Edge kompromi pada telefoto, ponsel Tiongkok China ini diperkirakan akan menghadirkan pengalaman fotografi lengkap.
Telefoto, sensor besar, dan AI pengolah gambar mutakhir siap bersaing di level global. Ini jelas pesan tersirat “Lupakan kompromi, nikmati semua keunggulan dalam satu paket.”
Bahkan bagi penggemar Apple yang setia, fenomena ini bisa membuat mereka tersentak, menyadari bahwa inovasi nyata bisa datang dari Tiongkok dengan harga lebih bersahabat.
Pamer Baterai Raksasa
Baterai 6.000 mAh pada ponsel Tiongkok ini bukan sekadar angka besar di atas kertas.
Dengan efisiensi chipset generasi terbaru, ponsel ini dapat bertahan satu hingga dua hari penggunaan berat tanpa repot mengecas.
Bandingkan dengan iPhone Air yang harus diisi ulang setiap hari, atau Samsung Galaxy S25 Edge yang ketahanan baterainya masih terbatas.
Ini menunjukkan satu hal penting produsen Tiongkok China memahami kebutuhan nyata pengguna bukan sekadar memuaskan mata dengan desain tipis yang memukau.
Taktik Strategi Global
Peluncuran global ponsel Tiongkok ini diperkirakan akan bergantung pada respons pasar terhadap iPhone Air.
Inilah yang kabarnya diblokir di Tiongkok China karena hanya mendukung eSIM. Jika iPhone Air gagal menarik pasar domestik Tiongkok.
Maka, pintu terbuka lebar bagi Huawei, Xiaomi, Vivo, Oppo, dan Honor untuk menguasai segmen flagship tipis global.
Ini bukan sekadar persaingan teknologi. Ini pertarungan strategi bisnis, persepsi merek, dan pemahaman terhadap kebutuhan pengguna.
Harga dan Aksesibilitas
Selain performa dan baterai, harga juga menjadi keunggulan ponsel Tiongkok atau China ini.
Dengan harga lebih rendah dibanding iPhone Air dan Samsung Galaxy S25 Edge, ponsel ini siap memikat pasar yang cerdas dan sensitif terhadap nilai.
Strategi ini bisa memaksa Apple dan Samsung mengevaluasi kembali kebijakan harga dan inovasi mereka suatu tekanan nyata yang jarang terjadi di dunia flagship tipis ultra-premium.
Kekurangan Masing-Masing Produk
iPhone Air
Baterai cepat habis, kamera tunggal, eSIM terbatas, kompromi performa demi ketipisan.
Samsung Galaxy S25 Edge
Kamera tambahan, tapi telefoto minim, baterai 3.900 mAh terbatas, tetap tipis tapi kompromi besar.
Ponsel Tiongkok China
Sementara janji tinggi, risikonya adalah brand baru atau fitur belum sepenuhnya teruji di pasar global.
Kisah ponsel flagship tipis ini lebih dari sekadar pertarungan desain dan teknologi. Ini pertarungan filosofi Apple dan Samsung masih terpaku pada estetika tipis dengan kompromi performa, sementara Tiongkok berani menantang dengan konsep “tipis tanpa kompromi.”
Bagi konsumen modern, ini saatnya melupakan iPhone Air, menanti gebrakan baterai raksasa, kamera telefoto memukau, dan harga bersahabat dari Tiongkok China.
Teknologi kekinian tidak lagi soal label, tapi soal pengalaman nyata yang memuaskan mata, jari, dan kantong.
