
Di balik kaca jendela, awan tipis menggantung, seolah ikut menahan napas menanti kabar dari Jakarta.
Di dalam ruangan, Wakil Bupati Kapuas Hulu, Sukardi, duduk di kursi pimpinan rapat, memimpin jalannya Zoom Meeting bersama Kementerian Dalam Negeri.
Hari itu bukan sekadar agenda rutin. Bukan hanya barisan kata yang terpantul dari layar.
Ada denyut ekonomi yang sedang dipertaruhkan. Sebab inflasi bukan lagi sekadar angka; ia menjelma napas yang menghidupi pasar, kantong rumah tangga, dan harapan setiap kepala keluarga di Kapuas Hulu.
Kementerian Dalam Negeri, melalui pertemuan daring nasional itu, mengingatkan para kepala daerah tentang situasi ekonomi terkini.
Inflasi telah menjadi “hantu sunyi” yang pelan-pelan menyusup, menekan stabilitas harga bahan pokok, mengguncang belanja harian, dan menggoda ketahanan pangan.
Namun, di Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat, Wabup Sukardi memilih untuk tidak menyerah pada keadaan.
“Kita harus bersinergi, menjaga keseimbangan harga, dan memastikan ketersediaan kebutuhan pokok masyarakat,” tegasnya.
Suaranya tenang, namun penuh keteguhan. Kalimatnya seperti doa panjang, menyatukan rindu masyarakat pada harga-harga yang kembali bersahabat.
Langkah Strategis Daerah
Menyelaraskan denyut ekonomi daerah dengan kebijakan pusat bukan perkara mudah.
Pemerintah pusat mungkin menggambar strategi dalam skala nasional, tetapi di Kapuas Hulu, cerita tentang inflasi memiliki wajah dan warna tersendiri.
Kapuas Hulu adalah tanah perbatasan, dan perbatasan punya dinamika unik. Pasar tradisional di Putussibau sering kali menggantungkan pasokan bahan pokok dari luar daerah.
Ketika distribusi terganggu, harga melonjak. Ketika stok terbatas, keresahan tak bisa dielakkan.
Di rapat koordinasi itu, Wabup Sukardi tak sekadar menjadi pendengar. Ia hadir sebagai suara Kapuas Hulu, membawa keresahan pedagang kecil, cerita nelayan di pinggir Sungai Kapuas, dan napas panjang para petani ladang.
Dalam dialog dengan Kemendagri, ia menekankan pentingnya penguatan distribusi logistik memastikan jalur pasokan bahan pokok tetap lancar, meski cuaca kerap menjadi tantangan.
Sinergi lintas sektor antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat untuk memetakan masalah dan mengurai solusinya.
Optimalisasi data harga real time, agar setiap keputusan pemerintah daerah berbasis fakta pasar, bukan asumsi belaka.
Langkah ini bukan sekadar strategi teknis, melainkan wujud keberpihakan pada masyarakat kecil.
Pemerintah Kapuas Hulu ingin memastikan, sesulit apa pun situasi ekonomi, tak ada keluarga yang dibiarkan lapar.
Tak ada dapur yang kehilangan api, dan tak ada sekolah yang kehilangan mimpi karena harga beras melonjak tak terkendali.
Namun, fakta tak selalu sejalan dengan rencana. Inflasi tak hanya dipengaruhi kebijakan, melainkan juga cuaca, distribusi, dan gejolak global.
Harga cabai bisa melonjak hanya karena hujan deras berkepanjangan. Minyak goreng bisa langka hanya karena pasokan terhambat di pelabuhan.
Inilah yang membuat rapat koordinasi ini begitu krusial.
Wabup Sukardi juga memahami bahwa inflasi bukan semata persoalan ekonomi; ini tentang psikologi masyarakat.
Ketika harga-harga naik, rasa cemas mengalir diam-diam di antara percakapan warung kopi. Ketika harga telur melonjak, ibu-ibu rumah tangga mencari cara menyesuaikan menu harian.
Dan ketika harga beras merangkak naik, warganya tahu satu hal hidup menjadi sedikit lebih berat.
Pemerintah pusat mendorong daerah untuk berinovasi dalam menjaga kestabilan harga.
Bukan sekadar menunggu kebijakan turun, tetapi menciptakan langkah-langkah lokal yang sesuai dengan karakter Kapuas Hulu Kalimantan Barat.
“Kami berkomitmen mendukung penuh kebijakan pusat, tetapi kami juga menyiapkan strategi daerah agar masyarakat Kapuas Hulu tidak terdampak lebih parah,” ungkap Wabup Sukardi.
Di akhir rapat, wajah-wajah peserta tampak lelah, namun mata mereka masih menyimpan bara harapan.
Inflasi mungkin badai yang tak bisa dihindari, tapi dengan kerja sama lintas sektor, badai itu setidaknya bisa diarahkan agar tak memporakporandakan perahu kecil bernama Kapuas Hulu.
Dari ruang rapat itu, Kapuas Hulu meneguhkan satu pesan, bahwa ekonomi bukan sekadar angka, melainkan tentang manusia, dapur, dan mimpi yang harus tetap menyala.