
Seakan dunia teknologi masih haus drama, datanglah kabar boombastis dari negeri ponsel bernama iQoo.
Mereka kembali memoles mahakarya baru, iQoo 15, yang katanya siap menendang kursi kebanggaan iPhone 17 Pro Max dan Samsung Galaxy S26 Ultra. Layar? Katanya terdepan.
Resolusi? Digadang-gadang setara bintang film Hollywood. Anti-reflektif? Konon bikin silau dunia maya.
Tapi di balik kilau janji layar sakti ini, ada aroma getir yang tercium: apakah ini langkah revolusioner, atau hanya mimpi cita-cita yang lagi-lagi tertunda?
Harga Naik Drastis
Mari kita bongkar dengan logika. iQoo 13 sebelumnya nongkrong manis di Amazon dengan harga sekitar INR 54.998 (Rp10,5 juta).
Kini, iQoo 15 dikabarkan bakal naik harga karena memilih panel layar premium dari Samsung.
Konon, biaya produksi bisa melonjak 300 sampai 400 yuan per unit sekitar Rp900 ribu.
Pertanyaannya, apakah konsumen mau bayar lebih hanya demi layar? Sebab layar bukan segalanya.
Baterai bisa bengkak, kamera bisa malu-malu, dan sistem bisa lamban kalau software tak selaras. Harga naik, konsumen gigit jari.
Baterai Jumbo Dilema
Di atas kertas, iQoo 15 menjanjikan baterai jumbo 7.000mAh. Angka ini terdengar seksi. Tapi mari kita jujur: baterai besar sering datang dengan dua masalah.
Pertama, bobot ponsel jadi lebih berat siap-siap pergelangan tangan lelah saat maraton TikTok.
Kedua, panas yang lebih mudah mengendap.
Apalagi iQoo cuma mempertahankan fast charging 100W. Memang cepat, tapi bukankah pesaing seperti Xiaomi dan Realme sudah berani lebih dari itu? Jadi, baterai jumbo ini lebih mirip bom waktu ketimbang penyelamat daya.
Sayangnya, iQoo 15 lahir di bulan Oktober 2025 bulan yang penuh parade flagship.
Ada OnePlus 15, Realme GT 8 Pro, dan Honor Magic8. Ketiganya tak kalah ambisius dengan harga yang sering lebih ramah di dompet.
Bagaimana iQoo bisa berdiri tegak di tengah badai ini? Apakah hanya layar yang bisa jadi senjata pamungkas?
Atau iQoo akan sekadar jadi cameo dalam film blockbuster Android?
Kekurangan iQoo 15
Harga Lebih Mahal
Naik signifikan dibanding pendahulu, tanpa jaminan konsumen rela membeli.
Bobot Berat
Baterai 7.000mAh membuat perangkat berpotensi tidak ergonomis.
Fast Charging Tertinggal
100W sudah biasa, pesaing berani lebih kencang.
Kamera Masih Misteri
Belum ada kabar detail, tapi biasanya iQoo kalah pamor soal fotografi.
Risiko Overheat
Baterai besar, layar terang, chipset kencang kok seperti resep panas berlebih?
Janji Layar atau Ilusi?
Konon layar iQoo 15 bakal sebanding dengan Super Retina XDR 6,9 inci milik iPhone 17 Pro Max. Resolusi 2K, 1440p, anti-reflektif indah di brosur.
Tapi apa gunanya layar setara iPhone kalau software masih berat, atau update Android sering telat?
Samsung sendiri bahkan kepincut pakai panel yang sama untuk Galaxy S26 Ultra. Artinya, iQoo sekadar jadi kelinci percobaan untuk produk yang lebih prestisius.
Konsumen Jadi Korban
Mari kita tarik nafas panjang. iQoo memang pintar menggoda. Mereka mengemas layar seperti kembang api di langit malam.
Tapi, di balik semua itu, konsumen justru terancam jadi korban. Harga naik, risiko overheat, kamera samar, dan bobot menekan tangan.
Pada akhirnya, ponsel ini mungkin lebih layak jadi eksperimen laboratorium daripada teman setia di saku celana.
Kisah iQoo 15 adalah kisah mimpi yang selalu ingin terwujud menandingi Apple, mengimbangi Samsung, mengagetkan dunia Android.
Tapi mimpi itu selalu datang dengan embel-embel pengorbanan. Dalam hal ini, pengorbanan ada di tangan konsumen.
Apakah iQoo 15 benar-benar jadi bintang, atau hanya lilin kecil di tengah pesta kembang api iPhone 17 Pro Max dan Galaxy S26 Ultra?
Jawabannya akan kita lihat Oktober mendatang. Yang jelas, janji manis sering kali menyisakan getir di ujung lidah.