Di Balik Damai Kapuas Hulu, Simfoni Ketertiban Dijaga Hati dan Rasa - Kalimantannews.id

Di Balik Damai Kapuas Hulu, Simfoni Ketertiban Dijaga Hati dan Rasa

 Di Balik Damai Kapuas Hulu, Simfoni Ketertiban Dijaga Hati dan Rasa

Di Balik Damai Kapuas Hulu, Simfoni Ketertiban Dijaga Hati dan Rasa
Kalimantannews.id, Kapuas Hulu - Di ujung barat Kalimantan Barat, jauh dari hiruk-pikuk kota besar, ada Kabupaten Kapuas Hulu wilayah perbatasan yang membentang luas, berbatasan langsung dengan Malaysia.

Hutan belantara, sungai panjang, dan desa-desa terpencil menjadi pemandangan keseharian memanjakan mata. 

Di tengah keragaman etnis, adat, dan geografis yang kompleks, satu hal yang menonjol ketertiban tak goyah.

Kapolres Kapuas Hulu, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Roberto Aprianto Uda, bicara pelan, tegas, tapi hangat. 

Bukan dengan suara keras, melainkan dengan tatapan yang menunjukkan kedalaman rasa penuh tanggung jawab. 

“Situasi kamtibmas di Kapuas Hulu saat ini aman dan kondusif,” ucapnya pada Senin, 1 September 2025. 

Bukan sekadar slogan. Ini fakta yang terasa pasar ramai, anak-anak berangkat sekolah tanpa rasa waswas, petani pergi ke ladang, nelayan melaut di Sungai Kapuas, dan perbatasan tetap tenang.

Tapi, ketenangan ini bukan datang begitu saja. Ia dibangun, dirawat, dan dijaga setiap hari seperti menanam padi di tengah hujan butuh kesabaran, ketelitian, dan kerja bersama.

Ketertiban Dibangun dari Desa

Apa yang membuat Kapuas Hulu tetap tenang, meski berada di wilayah rawan konflik etnis, lintas batas, dan ancaman siber? 

Jawabannya bukan hanya di kantor polisi, tapi di balik pintu rumah warga, di balik pertemuan adat, dan di setiap jengkal patroli yang dilakukan malam hari.

Langkah-langkah yang diambil bukan sekadar operasional teknis, tapi strategi humanis yang menyentuh akar sosial. 

Patroli rutin bukan hanya berkeliling kota, tapi masuk ke desa-desa terpencil, menyusuri jalur sungai Kapuas dengan perahu. 

Menjaga jalur lintas kabupaten yang gelap dan sepi. Ini bukan patroli biasa ini bentuk kehadiran negara yang nyata.

Apalagi ketika patroli gabungan juga tanpa jeda dilakukan bersama TNI, Satpol PP, BPBD, bahkan ormas lokal. 

Mereka bukan sekadar berjaga, tapi hadir sebagai bagian dari masyarakat. Ada rasa saling mengenal, saling percaya. Tidak ada jarak antara “aparat” dan “rakyat”.

Di dunia maya? Kapuas Hulu tak luput dari arus informasi liar. Maka patroli cyber digalakkan memonitor media sosial, grup WhatsApp, dan portal berita lokal. 

Bukan untuk membungkam, tapi untuk mencegah kegaduhan sebelum ia lahir. Isu-isu sensitif, hoaks, atau provokasi yang bisa memicu keresahan, ditangkap lebih dini. 

“Kami tidak ingin masyarakat terpancing isu yang tidak bertanggung jawab,” tegas Kapolres Kapuas Hulu, AKBP Roberto Aprianto Uda.

Penjaga Damai di Ujung Desa

Di balik semua strategi besar, ada satu sosok yang paling dekat dengan rakyat, yakni Bhabinkamtibmas. 

Mereka adalah mata, telinga, dan hati kepolisian di desa-desa. Bukan sekadar petugas, tapi sahabat, pendengar, bahkan penasihat.

Di Kapuas Hulu Kalimantan Barat, peran Bhabinkamtibmas diperkuat melalui deteksi dini konflik sosial. 

Mereka turun ke kampung, ngobrol dengan kepala desa, tokoh agama, pemuda, dan ibu-ibu PKK. Mereka mencatat kekhawatiran, mengurai benang kusut sebelum menjadi konflik. 

Mereka memetakan wilayah rawan bukan hanya dari sisi kriminalitas, tapi juga potensi gesekan antar etnis, sengketa lahan, atau ketegangan adat.

Pemetaan ini bukan sekadar data. Ini adalah peta emosional peta yang membaca denyut nadi masyarakat. 

Dari sini, langkah pencegahan bisa tepat sasaran mediasi, sosialisasi, atau pengawalan adat.

Ketika acara adat digelar seperti Gawai Dayak atau upacara adat Melayu kehadiran polisi bukan untuk mengawasi, tapi menghormati. 

Mereka berdiri di pinggir, berseragam, tapi dengan senyum. Tidak mengintervensi, hanya memastikan tidak ada gangguan. Ini bukan pengamanan represif, tapi pengawalan budaya.

Dijaga Sepanjang Waktu

Keamanan bukan hanya soal orang, tapi juga soal sistem. Di Kapuas Hulu, infrastruktur vital menjadi prioritas kantor pemerintah, rumah sakit, sekolah, terminal, SPBU, bank, jaringan listrik, hingga menara komunikasi.

Bayangkan jika listrik padam, atau jaringan internet terputus di wilayah terpencil. Bukan hanya ketidaknyamanan tapi bisa memicu kepanikan. 

Maka pengamanan melekat dilakukan penempatan personel, koordinasi dengan satpam, hingga pemantauan CCTV 24 jam.

Jalur transportasi darat dan air diperketat. Patroli di jalur lintas kabupaten, pengawasan di pelabuhan sungai, dan pemeriksaan rutin di terminal. 

Ini bukan hanya mencegah kriminalitas, tapi juga menjamin kelancaran distribusi barang. 

Petani bisa menjual hasil panen, nelayan bisa membawa ikan ke pasar, ibu-ibu bisa membeli beras tanpa khawatir jalan terputus.

Dan di tengah musim kemarau, ancaman karhutla selalu mengintai. Maka simulasi penanggulangan kebakaran hutan digelar rutin. 

Polisi, TNI, BPBD, dan masyarakat dilatih bersama. Bukan hanya soal teknis pemadaman, tapi juga kordinasi cepat, komunikasi darurat, dan evakuasi warga.

Bukan Hanya Menegakkan

Salah satu inovasi paling manusiawi dari Polres Kapuas Hulu adalah Program Jumat Curhat. 

Setiap Jumat, aparat turun ke masyarakat ke masjid, gereja, balai desa, warung kopi untuk mendengarkan.

Warga datang bukan karena dipanggil, tapi karena merasa diperlukan. Mereka curhat soal pencurian ayam, anjing liar, tetangga yang ribut, atau kekhawatiran akan isu sara. 

Polisi tidak langsung menangkap, tapi mencatat, menindaklanjuti, dan memberi solusi.

Program ini bukan gimmick. Ini adalah revolusi kepercayaan. Polisi tidak lagi dilihat sebagai sosok menakutkan, tapi sebagai mitra. Dan ketika masyarakat merasa didengar, mereka pun lebih rela melapor. 

“Lapor ke pos polisi terdekat kalau ada yang mencurigakan,” ujar Kapolres Kapuas Hulu, AKBP Roberto Aprianto Uda. 

Tapi pesan itu hanya efektif jika kepercayaan sudah terbangun.

Penyuluhan juga digencarkan di sekolah, di desa, di komunitas. Bahaya narkoba, kekerasan dalam rumah tangga, perundungan, hingga hoaks. 

Semua disampaikan dengan bahasa yang sederhana, tidak menggurui, tapi mengajak.

Teknologi dan Sinergi

Keamanan yang kondusif bukan hasil instan. Ia dibangun dari kedisiplinan internal. 

Polres Kapuas Hulu rutin mengadakan latihan penanganan unjuk rasa, konflik horizontal, bencana alam, hingga karhutla. 

Simulasi digelar seperti kejadian nyata dengan tekanan, waktu, dan risiko.

Personel juga terus ditingkatkan kapasitasnya pelatihan teknis, taktis, hingga penguasaan teknologi informasi. 

Unit khusus seperti Sabhara, Satreskrim, dan Satnarkoba diperkuat. Mereka bukan hanya andal di lapangan.

Akan tetapi, juga melek digital bisa melacak pelaku cyber crime, membongkar jaringan narkoba, atau mengungkap kasus korupsi.

Sarana prasarana pun dioptimalkan kendaraan patroli, radio komunikasi, perlengkapan taktis, hingga pos-pos keamanan di jalur strategis. 

Tidak ada alat yang dibiarkan rusak. Semua dirawat, karena setiap detik bisa menentukan nyawa.

Dan yang paling penting sinergi. Polisi tidak bekerja sendiri. TNI, Satpol PP, BPBD, dinas terkait, bahkan ormas semua bergerak dalam satu komando. 

Tidak ada ego sektoral. Yang ada hanya satu tujuan, Kabupaten Kapuas Hulu dalam kondisi aman damai sejahtera sentausa.

Percayakan Keamanan Profesional

Di akhir wawancara, Kapolres Kapuas Hulu, AKBP Roberto Aprianto Uda menatap tajam, tapi tetap ramah. 

“Agar masyarakat tidak terpancing dengan isu-isu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan,” ucapnya. “Isu kontra-produktif hanya menimbulkan keresahan.”

Pesan itu bukan ancaman. Ini ajakan bijak. Di era di mana satu pesan WhatsApp bisa memicu kerusuhan, kecerdasan menerima informasi jadi kunci. 

Dan dia juga meminta satu hal sederhana, percayakan keamanan pada aparat yang profesional.

Bukan berarti masyarakat pasif. Tapi percaya, lalu berpartisipasi. Laporkan, bukan sebarkan. Diskusi, bukan fitnah. Bekerja sama, bukan saling curiga.

Damai Itu Bukan Kebetulan, Tapi Pilihan

Kapuas Hulu mengajarkan satu hal: ketertiban bukan hasil kebetulan, tapi pilihan kolektif. Pilihan untuk saling percaya, untuk hadir satu sama lain, untuk menjaga tanpa memaksa.

Di balik setiap senyum warga, ada kerja keras aparat. Di balik setiap pasar yang ramai, ada patroli malam di tengah hujan. 

Di balik setiap anak yang pulang sekolah dengan aman, ada Bhabinkamtibmas yang duduk di warung kopi, mendengarkan keluh kesah.

Ini bukan berita sensasional. Tidak ada ledakan, tidak ada kerusuhan, tidak ada drama. Tapi justru di situlah kehebatannya.

Karena damai yang sesungguhnya bukan ketiadaan konflik, tapi kemampuan menjaga harmoni di tengah kompleksitas.

Dan di Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat, harmoni itu bernyanyi pelan, tapi nyata ada di tengah rakyat.

Formulir Kontak