
Dengan penuh percaya diri, Tim Cook mempromosikan fitur sensor detak jantung in-ear yang katanya akan membantu memantau kesehatan pengguna secara real-time.
Namun, mari kita berhenti sejenak. Apakah benar kita butuh earbud premium seharga $249 hanya untuk tahu detak jantung?
Padahal, mayoritas pengguna Apple sudah punya Apple Watch yang lebih akurat dalam mengukur kebugaran.
Artinya, fitur ini lebih terasa sebagai gimmick pemasaran ketimbang inovasi visioner.
Di sisi lain, pemanfaatan sensor ini terkunci eksklusif di ekosistem Apple. Kamu tak bisa memakainya optimal tanpa aplikasi Kesehatan di iPhone.
Inilah strategi klasik Apple menciptakan ketergantungan, bukan kebebasan.
Mereka ingin memastikan pengguna iPhone terus terjebak di dalam sangkar emas bernama “Apple Universe”.
Suara Lebar, Harga Lebih
Apple mengklaim AirPods Pro 3 hadir dengan soundstage lebih lebar dan kualitas audio lebih detail berkat algoritma komputasional terbaru.
Bahkan, mereka bangga memperkenalkan ujung telinga busa baru dengan lima pilihan ukuran, hasil pemindaian ribuan bentuk telinga manusia.
Bagus? Ya. Revolusioner? Tidak. Pada praktiknya, perbedaan kualitas suara tidak signifikan dibandingkan AirPods Pro 2.
Banyak reviewer awal menyebut bahwa peningkatan hanya terasa bagi telinga audiophile, bukan pengguna kasual.
Masalah lain yang sering luput dibahas: ketahanan baterai. Meski klaim Apple menyebut AirPods Pro 3 bisa bertahan hingga 8 jam sekali pakai, kenyataannya pemakaian real-life dengan fitur peredam kebisingan aktif sering hanya mencapai 5,5 jam.
Jika kamu tipe yang sering streaming musik nonstop, siap-siap isi daya berkali-kali.
Terjemahan Pintar, Tapi...
Salah satu fitur paling dibanggakan adalah Terjemahan Langsung berbasis Apple Intelligence.
Dengan fitur ini, AirPods Pro 3 dapat langsung menterjemahkan percakapan dua arah dalam waktu nyata, mendukung bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Portugis, dan Spanyol. Bahasa lain seperti Italia, Jepang, Korea, dan Mandarin akan menyusul.
- Sekilas terlihat futuristik, bukan? Sayangnya, ada catatan besar:
- Fitur ini hanya berfungsi penuh jika kamu punya iPhone dengan iOS 26.
- Apple belum membuka dukungan penuh untuk bahasa Indonesia, padahal pasar Asia Tenggara adalah salah satu pengguna terbesar AirPods.
- Proses terjemahan kadang delay setengah detik, membuat percakapan tidak senatural yang dijanjikan.
- Dengan kata lain, Apple membangun “teknologi masa depan”, tetapi dengan tembok eksklusivitas yang tinggi.
- Lagi-lagi, konsumen diminta membayar mahal untuk fitur yang setengah matang.
Casing MagSafe dan USB-C
AirPods Pro 3 hadir dengan casing pengisi daya baru yang kompatibel dengan MagSafe, Qi2 wireless charging, dan akhirnya beralih ke USB-C.
Ini seolah menjadi kabar gembira, mengingat Apple selama bertahun-tahun memaksa pengguna memakai Lightning port.
Namun, jangan salah kira. Peralihan ke USB-C bukan murni keputusan Apple, melainkan paksaan regulasi Uni Eropa.
Ironisnya, fitur pengisian cepat masih terasa biasa saja. Mengisi daya 10 menit hanya menambah sekitar 1,5 jam waktu pakai, sementara pesaing seperti Samsung Galaxy Buds 3 bisa memberi 3 jam dalam waktu yang sama.
Harga Tetap Kecewa
AirPods Pro 3 dibanderol $249, harga yang sama dengan AirPods Pro 2. Sekilas terlihat menarik karena “tidak naik harga”, tetapi perlu diingat, di kelas ini kompetitor sudah memberi opsi lebih baik dengan harga lebih rendah.
Contoh Sony WF-1000XM5 seharga $199 dengan noise cancelling terbaik di pasaran. Bose QuietComfort Ultra dengan suara lebih natural dan baterai lebih awet.
Samsung Galaxy Buds 3 Pro yang punya fitur live translation lebih luas dengan dukungan bahasa lebih banyak.
Jika Apple tidak memaksimalkan inovasinya, AirPods Pro 3 berpotensi hanya laku karena status simbol, bukan kualitas.
Kekurangan AirPods Pro 3
- Sensor detak jantung terasa gimmick dan kurang akurat dibanding Apple Watch.
- Baterai boros dalam pemakaian fitur noise cancelling.
- Fitur terjemahan terbatas hanya untuk ekosistem iOS dan bahasa tertentu.
- Pembaruan audio minim, perbedaan dengan AirPods Pro 2 nyaris tak terasa.
- Harga premium, tapi fitur tak jauh lebih unggul dari pesaing lebih murah.
- Mahal Bukan Berarti Revolusioner
AirPods Pro 3 adalah produk yang cantik secara konsep, tetapi belum tentu menjawab kebutuhan pengguna umum.
Fitur-fitur baru seperti sensor detak jantung dan terjemahan real-time membuatnya terdengar futuristik, namun praktiknya masih setengah matang.
Apple jelas bermain pada sisi prestise, bukan fungsi nyata. Jika kamu pengguna setia Apple, produk ini bisa jadi “upgrade wajib”.
Tapi kalau kamu mencari value terbaik, ada banyak opsi lain yang lebih masuk akal.