
Bukan soal kecepatan atau ketangguhan belaka, tetapi tentang semangat kesetaraan, inklusi, dan pengakuan bahwa setiap manusia punya potensi untuk bersinar.
Itulah pesan mendalam ingin disampaikan melalui penyelenggaraan Futsal Unified Kalimantan Cup III akan digelar mulai 13 Juni 2025 di Berau, Kalimantan Timur.
Event ini menampilkan puluhan atlet bertalenta khusus atau lebih tepatnya difabel intelektual dari seluruh wilayah Kalimantan ini bukan sekadar pertandingan biasa.
Ini adalah momen penuh makna di mana dunia olahraga menjadi sarana pemberdayaan, pembuktian diri.
Serta bentuk nyata dari prinsip unified sports yang dianut oleh Special Olympics International.
Dilangsungkan di Oceano Mini Football Stadium, Jalan Raya Alam 1, Tanjung Redeb, Kota Berau, ajang ini menjadi wujud kerja sama kuat antara Special Olympics Indonesia (SOIna) dengan Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Berau.
Tidak hanya sekadar mencari juara, namun lebih jauh lagi, membuka ruang partisipasi aktif masyarakat dalam menyambut keberagaman, terutama dalam konteks hak-hak anak-anak dan remaja difabel intelektual.
Perpaduan Unik
Yang membedakan Futsal Unified Kalimantan Cup dari turnamen futsal pada umumnya adalah komposisi tim.
Setiap tim terdiri dari campuran atlet bertalenta khusus dan atlet non-difabel.
Dalam tiap pertandingan, lima pemain utama harus terdiri dari tiga hingga lima atlet bertalenta khusus, sementara dua sisanya adalah rekan mereka yang tidak memiliki keterbatasan intelektual.
Format ini, yang juga dikenal sebagai Unified Sports , merupakan model yang telah lama dikembangkan oleh Special Olympics International.
Itu sebagai upaya untuk menciptakan kesempatan bersaing secara sehat sekaligus meruntuhkan stigma negatif terhadap para penyandang disabilitas intelektual.
Di sinilah esensi sesungguhnya dari olahraga: persaudaraan, kebersamaan, dan penghargaan atas nilai-nilai kemanusiaan.
Menurut panitia, terdapat tujuh tim putra dan dua tim putri yang telah terdaftar.
Tiap tim terdiri dari sepuluh pemain, tujuh di antaranya turun langsung ke lapangan, sementara tiga lainnya menjadi cadangan.
Format ini memberikan fleksibilitas strategis sekaligus menjaga ritme permainan agar tetap dinamis dan menarik ditonton.
Sebelum pertandingan resmi dimulai, dilakukan babak divisioning yaitu proses pengelompokan tim berdasarkan tingkat kemampuan.
Tujuannya sangat jelas: memastikan kompetisi yang adil dan seimbang. Prinsip ini merupakan salah satu fondasi utama Special Olympics Internasional.
Itu yang diakui oleh Komite Olimpiade Internasional (IOC). Dengan demikian, kemenangan tidak sekadar soal trofi, tetapi juga tentang apresiasi terhadap usaha, kerja sama, dan peningkatan diri.
Wadah Kolaborasi dan Edukasi
Selain menjadi ajang kompetisi, Kalimantan Cup III juga berfungsi sebagai forum silaturahmi dan koordinasi antar pengurus Special Olympics Indonesia di seluruh Kalimantan.
Para pejabat daerah, baik dari tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, juga turut hadir dalam pertemuan yang digelar bersamaan dengan perhelatan utama.
“Kami bermaksud menambah kesempatan bagi para atlit di Kalimantan untuk berlomba,” ujar Ketua Umum PP SOIna, Warsito Ellwein, saat menyampaikan visi di balik penyelenggaraan ajang ini.
Ia menegaskan, tanpa adanya event seperti Kalimantan Cup, banyak atlet bertalenta khusus yang harus menunggu lama untuk bisa unjuk gigi di kancah regional atau nasional.
Pertemuan antar pengurus menjadi penting karena melalui forum tersebut, program-program pengembangan atlet dapat disinergikan.
Mulai dari pelatihan teknis, fasilitasi akses pendidikan dan kesehatan, hingga advokasi kebijakan publik yang lebih inklusif.
Selain itu, berbagai aktivitas pendamping seperti seminar, talkshow, dan kampanye kesadaran sosial juga digelar guna mengajak masyarakat luas untuk lebih peduli pada hak-hak penyandang disabilitas intelektual.
Media Penyalur Energi Positif
Futsal dipilih sebagai olahraga utama dalam ajang ini bukan tanpa alasan. Selain relatif mudah diakses dan ramah lingkungan, futsal juga memiliki daya tarik tersendiri karena sifatnya yang cepat, dinamis, dan penuh interaksi tim.
Untuk atlet bertalenta khusus, futsal menjadi media yang efektif dalam meningkatkan koordinasi motorik, kemampuan sosialisasi, serta percaya diri.
Lapangan yang lebih kecil dibandingkan sepak bola membuat intensitas latihan lebih padat, sehingga cocok untuk pengembangan keterampilan dasar.
Selain itu, durasi pertandingan yang tidak terlalu panjang membuat para atlet tidak mudah lelah, sehingga tetap bisa menikmati proses tanpa tekanan berlebihan.
Yang tak kalah penting, futsal adalah olahraga rakyat. Hampir di setiap pelosok negeri, kita bisa menemukan lapangan futsal.
Dengan popularitasnya yang tinggi, maka potensi dukungan masyarakat terhadap ajang ini juga semakin besar.
Harapan di Balik Riuh Sorak dan Derap Langkah
Di balik derap langkah kaki di atas rumput sintetis Oceano Mini Football Stadium, tersimpan harapan besar dari banyak pihak.
Harapan bahwa dunia olahraga tidak hanya milik mereka yang dianggap “sempurna” secara fisik.
Bahwa prestasi bisa lahir dari dedikasi, bukan hanya dari bakat bawaan. Bahwa keberagaman adalah anugerah yang layak dirayakan bersama.
Para atlet bertalenta khusus ini bukan hanya ingin menang. Mereka ingin dilihat, didengar, dan dihargai.
Mereka ingin menunjukkan bahwa meskipun mungkin butuh waktu sedikit lebih lama untuk memahami instruksi, mereka tetap bisa bekerja sama dalam sebuah tim.
Meskipun mungkin gerakannya tidak secepat atlet profesional, mereka tetap bisa mencetak gol, memberi assist, dan bahkan menyelamatkan gawang dari serangan lawan.
Dan di situlah letak keindahan sejati dari Futsal Unified Kalimantan Cup III. Bukan sekadar angka-angka di papan skor.
Akan tetapi, tentang bagaimana setiap individu — tanpa diskriminasi — bisa menemukan tempatnya dalam sebuah komunitas yang saling mendukung.
Langkah Awal Menuju Keberlanjutan dan Pengakuan Nasional
Penyelenggaraan Kalimantan Cup III di Berau tahun ini adalah langkah awal yang penting.
Ini adalah upaya untuk membangun fondasi yang kuat bagi masa depan olahraga difabel intelektual di Indonesia, khususnya di wilayah Kalimantan.
Dengan partisipasi yang terus meningkat dari tahun ke tahun, diharapkan event ini bisa menjadi inspirasi bagi daerah-daerah lain untuk melakukan hal serupa.
Selain itu, kehadiran para pejabat daerah dan tokoh masyarakat dalam ajang ini membuka peluang bagi kebijakan-kebijakan yang lebih progresif.
Dari segi infrastruktur olahraga, akses pendidikan, hingga perlindungan sosial, semua aspek ini bisa dikembangkan jika ada kesadaran kolektif bahwa hak-hak difabel harus dijunjung tinggi.
Special Olympics Indonesia, sebagai induk organisasi, tentu saja memiliki tanggung jawab besar untuk terus memfasilitasi ruang-ruang seperti ini.
Namun dukungan dari pemerintah daerah, swasta, serta masyarakat sipil menjadi kunci untuk memastikan kelangsungan program ini di masa depan.
Ketika Olahraga Menyatukan Perbedaan
Kalimantan Cup III Futsal Unified 2025 di Berau bukan hanya sekadar acara olahraga tahunan.
Ini adalah simbol dari perjuangan untuk kesetaraan, inklusi, dan pengakuan bahwa setiap orang punya tempat di bumi pertiwi ini.
Melalui bola futsal yang bergulir di atas lapangan hijau, terbentuklah ikatan emosional yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Tepuk tangan yang membahana, sorak-sorai dari tribun, hingga pelukan hangat seusai pertandingan, semuanya menjadi bagian dari kisah hidup yang lebih besar.
Kisah tentang bagaimana olahraga bisa menjadi alat perekat, pencerah, dan pemersatu bangsa.
Mungkin, di antara riuh tepuk tangan itu, terdengar doa yang tak terucap: semoga ajang ini terus berlangsung, semakin besar, dan semakin menginspirasi.
Karena di sanalah letak harapan sejati: bahwa suatu hari nanti, tidak akan ada lagi kata "penyandang disabilitas".
Akan tetapi, hanya "manusia" yang punya impian, punya potensi, dan punya hak yang sama untuk berprestasi.