Talkshow “Semangat Bandung Untuk Perdamaian dan Keamanan Dunia”: Ketika Sejarah Bertemu TikTok dan Drama Geopolitik - Kalimantannews.id

Talkshow “Semangat Bandung Untuk Perdamaian dan Keamanan Dunia”: Ketika Sejarah Bertemu TikTok dan Drama Geopolitik

Talkshow “Semangat Bandung Untuk Perdamaian dan Keamanan Dunia”: Ketika Sejarah Bertemu TikTok dan Drama Geopolitik

Semangat Bandung Untuk Perdamaian dan Keamanan Dunia
Kalimantannews.id, Bandung - Masa lalu itu kayak mantan yang nggak pernah benar-benar hilang dari hidup kita. 

Begitu juga dengan Konferensi Asia-Afrika (KAA) tahun 1955 di Bandung. Acara keren yang bikin Indonesia jadi trending topic dunia selama beberapa minggu itu ternyata masih punya vibe yang kuat hingga sekarang. 

Bahkan, Komunitas Peduli Hankam (Peduli Hankam) baru aja gelar talkshow bertajuk "Semangat Bandung untuk Perdamaian dan Keamanan Dunia: 70 Tahun Konferensi Asia-Afrika" di Gedung Forum Komunikasi Purnawirawan TNI-Polri, Jakarta. 

Serius? Ya iyalah. Ini bukan cuma nostalgia, tapi juga nyambung banget sama situasi global yang makin absurd kayak drakor alur mundur.

“Dasasila Bandung”: Prinsip Kuno Masih Ngehits

Acara ini nggak cuma ngomongin soal sejarah doang, tapi juga ngangkat topik yang lagi panas-panasnya: relevansi nilai-nilai Dasasila Bandung dalam menjaga perdamaian dunia. 

Dasasila Bandung itu kayak prinsip-prinsip dasar kehidupan sosial yang simpel tapi powerful abis. Misalnya, menolak penjajahan, mendukung penyelesaian damai, dan menghormati hak asasi manusia. 

Simple kan? Tapi coba lihat dunia sekarang, rasanya prinsip ini malah jadi barang langka. 

Contohnya, kasus Palestina yang sampai detik ini masih belum merdeka. Ya, serius, Bung Karno udah ngajarin cara bikin solidaritas internasional, tapi kok kita masih stuck ya?

Menurut Direktur Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata Kementerian Luar Negeri, Caka Alverdi Awal, "Bandung Spirit" itu ibarat jembatan emas buat ngatasi konflik antarnegara. 

Tapi, masalahnya adalah banyak negara yang kayak nggak mau nyebrang pake jembatan itu. Contohnya, klaim Tiongkok atas Laut Tiongkok Selatan (LTS) dengan garis sembilan-dash mereka. 

Nah, ini tuh kayak anak sekolah yang ngeklaim kursi temannya cuma karena dia dateng duluan. 

Menurut Laksamana Muda TNI (Purn.) Surya Wiranto, Indonesia udah berperan aktif ngejagain LTS dengan prinsip non-intervensi dan penyelesaian damai. 

Tapi yhaaaa, tetep aja ada kapal-kapal Tiongkok yang kayak ngeyel masuk ke Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) kita. Fix, ini drama bak sinetron!

Nggak cuma ngomongin soal LTS, talkshow ini juga ngangkat soal kerja sama pertahanan antarnegara Asia dan Afrika. 

Dr. Peni Hanggarini, dosen Prodi Magister Hubungan Internasional Universitas Paramadina, bilang kalau ada kesenjangan kapabilitas militer antarnegara di dua benua ini. 

Plus, masih banyak negara yang tergantung sama negara besar kayak Amerika Serikat atau Rusia. 

Padahal, kita butuh inisiatif baru biar bisa lebih mandiri. Salah satu solusinya? Asia-African Defence Minister’s Meeting. Kayak ADMM gitu, tapi versi lebih luas.

Dr. Peni juga ngingetin bahwa forum-forum minilateral ini lagi ngehits banget belakangan ini. 

Jadi, kenapa nggak kita bikin sesuatu yang mirip tapi lebih inklusif? Kan lumayan tuh, biar nggak cuma jadi penonton di panggung geopolitik. 

Eh, tapi inget ya, ini bukan ajang buat pamer otot militer kayak di film action. Ini lebih tentang dialog dan kolaborasi biar semua negara bisa nyante tanpa takut diserang tetangga.

Salah satu highlight paling greget dari talkshow ini adalah bahasan soal Palestina. Kenzie Ryvantya, Co-Initiator Peduli Hankam, bilang kalau KAA itu kayak momentum lahirnya bangsa-bangsa baru. 

Tapi, sayangnya, Palestina masih jadi PR besar yang belum kelar sampe sekarang. Letnan Jenderal TNI (Purn.) Bambang Darmono bahkan ngomong keras bahwa Indonesia harus lebih proaktif dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina. 

“Kenapa kita nggak berkeras hati untuk ngelesaiin masalah ini? Indonesia hebat di mata dunia, jangan cuma jadi penonton aja,” ujarnya.

Hmm, bener juga sih. Kalau Indonesia udah jago ngomong di forum internasional macam PBB, kenapa nggak sekalian push lebih keras lagi buat Palestina? 

Lagian, kalau nggak sekarang, kapan lagi? Nggak lucu juga kan kalau kita cuma jadi penonton serial geopolitik yang endingnya selalu nggak jelas.

Peduli Hankam: Komunitas Gaul Nggak Cuma Ngomongin Militer

Ngomong-ngomong soal komunitas, Peduli Hankam ini layak banget dapet spotlight. Mereka ini bukan cuma kumpulan orang-orang yang suka ngomongin strategi militer atau geopolitik. 

Anggotanya berasal dari berbagai latar belakang—mahasiswa, peneliti, praktisi, bahkan masyarakat umum. 

Visinya? Membangun hubungan sipil-militer yang positif dan menyebarkan kepedulian terhadap isu pertahanan dan keamanan ke masyarakat luas. 

Jadi, ini tuh bukan klub eksklusif buat para purnawirawan aja, tapi juga buat anak muda yang pengen belajar tentang dunia pertahanan.

Butuh Aksi Nyata

Kalau dipikir-pikir, Semangat Bandung itu kayak filosofi hidup yang universal. 

Nggak cuma buat urusan internasional, tapi juga buat kehidupan sehari-hari. Bayangin aja, kalau semua orang di dunia bisa nurut sama prinsip-prinsip Dasasila Bandung, mungkin kita nggak bakal lihat perang kayak di Ukraina atau drama LTS yang bikin geregetan. 

Tapi ya itu, teori mah enak. Prakteknya? Masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

Talkshow ini jadi reminder bahwa kita nggak boleh cuma jadi penonton pasif. Harus ada aksi nyata biar nilai-nilai KAA nggak cuma jadi simbolisme doang. 

Apalagi buat anak muda kayak kita, yang hidup di era digital dan media sosial. Jangan cuma sibuk scroll TikTok atau Instagram doang. Yuk, mulai peduli sama isu-isu global kayak ini. 

Siapa tahu, kita bisa jadi bagian dari solusi buat perdamaian dunia. Atau minimal, nggak jadi netizen toxic yang cuma bisa komen “Indonesia Terserah” di setiap berita politik.

So, gimana nih? Udah siap jadi bagian dari Semangat Bandung versi modern? Kalau iya, langsung aja follow Peduli Hankam atau ikutan diskusi seru kayak gini. 

Biar kita nggak cuma jadi penonton, tapi juga pemain utama di panggung sejarah dunia!

Formulir Kontak