- Apple kembali kehilangan talenta penting di area perancangan chip iPhone serta Mac.
- Senior Vice President Hardware Technologies Apple, Johny Srouji, dilaporkan bakal meninggalkan perusahaan menuju industri AI, mengikuti jejak nama besar terdahulu seperti Jony Ive, Alan Dye, termasuk kepala divisi AI.
- Perpindahan ini memperkuat sinyal arus migrasi ahli perangkat keras Apple menuju perusahaan fokus AI seperti Meta maupun raksasa Silicon Valley lain.
- Kondisi tersebut membuka kekhawatiran soal masa depan strategi kecerdasan buatan Apple, terutama karena perusahaan belum menunjukkan pendekatan kuat pada teknologi AI generatif di level produk.
Kalimantannews.id, Pulau Kalimantan - Suasana Cupertino terasa sunyi, seperti kantin kampus menjelang libur panjang.
Apple pernah menjadi magnet talenta silikon global, namun derasnya tarikan raksasa Silicon Valley fokus AI membuat pintu keluar terasa lebih ramai dibanding ruang rapat inovasi.
Meta, Google, termasuk perusahaan AI pendatang, seolah getol berlomba meminang otak-otak kelas wahid.
Apple Getol ke Fokus AI
Pernyataan Apple mengenai perginya talenta akibat ajakan Meta terdengar getir. Perusahaan mengakui kehilangan banyak ahli perancang chip iPhone serta Mac belakangan ini.
Senior Vice President Hardware Technologies Apple, Johny Srouji, disebut memberi tahu Tim Cook soal niat angkat koper demi tugas baru. Di koridor Cupertino, kabar ini terasa seperti bisikan pelan sebelum badai.
Srouji sangat familiar dikenal lewat kontribusi pada subsistem Neural Processing Unit (NPU) silikon Apple.
NPU selama ini ternyata juga menjadi andalan kendali kecerdasan komputasi lokal pada iPhone serta Mac.
Namun geliat AI generatif, inferensi multimodal, serta desain akselerator baru tampak lebih menggoda dibanding peluncuran tahunan peningkatan performa chip rutin.
Ironinya, Apple selama bertahun mengedepankan inovasi perangkat keras brilian. Tetapi ekosistem AI terasa tertinggal.
Itu mulai layanan asisten digital kurang presisi sampai minim inovasi machine learning pada tingkat konsumen.
Kekurangan ini pun memunculkan atau memantik kesan perusahaan belum punya peta jalan AI komprehensif.
Talenta Bergeser Cepat
Srouji bukan satu-satunya nama besar. Jony Ive, Alan Dye, termasuk kepala AI Apple sebelumnya, sudah lebih dulu pergi.
Saat arsitek desain, estetika produk, serta pemimpin riset AI meninggalkan markas, publik wajar mempertanyakan arah strategis perusahaan.
Di sisi lain, pendiri Huawei sempat menyindir pendekatan Amerika memasok modal triliunan dolar demi kejar kecerdasan super, padahal definisinya masih kabur.
China memilih jalur pragmatis. AI harian demi produktivitas. Sindiran tersebut menampar kesadaran publik soal strategi global berbeda dalam mengejar masa depan AI.
Apple pernah menjadi produsen perangkat telepon genggam paling ikonis. Tetapi era kompetisi kini bukan sekadar kecepatan CPU.
Daya saing produk menuntut kemampuan inferensi AI lokal, kenyamanan privasi, termasuk integrasi model generatif pada level sistem.
Kekurangan integrasi ini membuat iPhone terasa hanya kuat di desain premium, tanpa identitas AI menonjol.
Arah Masa Depan Gemilang
Rumor beredar, Dewan Direksi Apple mempertimbangkan pemimpin baru lebih piawai AI pada 2026.
Tim Cook disebut sangat kuat pada manajemen rantai pasok serta efisiensi operasi, tetapi momentum AI memerlukan visi radikal.
Jika talenta terus lari, cerita kejayaan silikon Apple bisa berubah menjadi catatan kaki buku sejarah teknologi.
Di sisi konsumen, pertanyaan mendasar: seberapa lama iPhone mampu bersandar pada daya tarik ekosistem tertutup, kamera mumpuni, serta performa grafis solid tanpa integrasi AI futuristik?
Kekurangan fitur generatif terasa jelas pada perbandingan dengan Google Pixel termasuk Samsung kelas premium, terutama sektor fotografi AI, summarization, sampai integrasi asisten pintar multimodal.
Bagi Apple, medan perang ke depan bukan lagi sekadar silikon cepat, tetapi orkestrasi AI menyeluruh.
Tanpa strategi berani, iPhone serta Mac bisa terdengar seperti lagu lama dinyanyikan perlahan di tengah panggung konser AI global penuh kejutan.
Selain itu, rumor mengenai kemungkinan pergantian CEO pada 2026 demi figur pemimpin lebih kompeten AI ikut mempertebal persepsi publik bahwa Apple tengah memerlukan arah baru.
Srouji dikenal sebagai otak di balik subsistem Neural Processing Unit (NPU) pada silikon Apple, komponen penting untuk komputasi AI lokal.
Kepergian sosok strategis ini dinilai dapat berpengaruh pada daya saing chip Apple pada tengah percepatan inovasi AI global.
Ini ketika kompetitor mulai mengintegrasikan AI generatif, akselerasi inferensi, termasuk fitur multimodal dalam produk konsumen.


