- Daud Cino Yordan resmi terpilih memimpin KONI Kalbar periode 2025–2029 melalui Musorprov XIV di Pontianak, mengungguli Sultan Syarif Melvin Alkadrie dengan perolehan 37 dari 68 suara sah.
- Daud Cino Yordan menegaskan agenda awal penyusunan kabinet serta persiapan Pekan Olahraga Provinsi tahun depan.
- Daud Cino Yordan juga membuka kolaborasi dengan Sultan Syarif Melvin Alkadrie serta seluruh elemen olahraga.
- Fokus kerja berikutnya dilakukan Daud Cino Yordan mencakup evaluasi hasil PON sebelumnya dengan target peningkatan peringkat Kalbar pada PON 2028 melalui langkah pembinaan, kolaborasi pemerintah, dan dukungan swasta.
Kalimantannews.id, Kota Pontianak Kalimantan Barat - Petinju kelas dunia, sekaligus sosok senator DPD RI, Daud Cino Yordan, menjejak podium organisasi olahraga terbesar di Kalimantan Barat (Kalbar).
Dengan langkah terasa tidak sekadar formalitas Musyawarah Olahraga Provinsi, melainkan ritus serah harapan masa depan atlet muda dari tepian Kapuas sampai tepian Sambas.
Musorprov XIV KONI Kalbar Tahun 2025 berlangsung penuh dinamika, dua kandidat maju dengan segala reputasi panjang.
Daud Cino Yordan memperoleh 37 suara sah dari total 68, unggul atas pesaing sekaligus kolega politik, Sultan Syarif Machmud Melvin Alkadrie.
Kemenangan tersebut mengantar petinju ini menakhodai KONI Kalbar periode 2025–2029.
Ketika mayoritas peserta Musorprov mengangkat Daud Cino Yordan sebagai simbol kerja keras ring tinju, publik pun mengharapkan napas perubahan.
Namun di ruang rapat tertutup, wajah-wajah pengurus memperlihatkan adrenalin baru, seolah lomba lari belum dimulai, tetapi atmosfer perebutan finis sudah terasa.
Di luar gedung, wartawan berlarian mencari potongan komentar lebih pedas, sementara publik Kalbar menyimpan serentetan tanya apakah organisasi ini akan bergerak keluar dari pola birokrasi lama menjadi rumah bagi atlet muda penuh ambisi internasional?
Ruang Kolaborasi Membumi
Dalam pidato awal sebagai ketua terpilih, Daud Cino Yordan menekankan pentingnya sinergi lintas sektor.
Kutipan berikut menjadi pintu masuk gagasan futuristik olahraga daerah, “Saya berharap seluruh stakeholder, baik pemerintah, swasta, maupun semua kalangan, berkolaborasi bersama-sama. Membangun olahraga ini harus kolektif.”
Ketegasan kalimat tersebut terasa bukan sekadar slogan, melainkan pesan kepada birokrat olahraga se-provinsi, supaya bergeser dari pola sektoral menuju pola terbuka; dari pola proyeksi saja menuju pola apresiasi hasil, dari ruang katifisme pejabat menuju ruang gerak atlet.
Sebagai mantan atlet dunia, Daud Cino Yordan pernah mencicipi ring internasional, menelan rasa perih tinju profesional.
Kemudian menuainya sebagai pengalaman memimpin organisasi olahraga berorientasi prestasi. Di titik ini, publik tentu menanti aksi lebih konkret, bukan hanya visi.
Tidak sedikit atlet muda Kalbar terus berlatih dengan sumber pendanaan minim. Sebagian merantau ke provinsi besar, sekadar mengejar pelatih berkualitas.
Realita tersebut memerlukan pemimpin berjejaring di pusat kekuasaan Jakarta serta lapangan kebijakan olahraga nasional.
Daud Cino Yordan berpotensi memberi akses diplomasi tersebut. Namun potensi harus ditopang kerja teknis, komite kompetitif, evaluasi objektif, serta pembiayaan transparan. Dalam tradisi olahraga nasional, kendala inilah sering menjadi batu terbesar.
Gerak Bersama Setara
Daud Cino Yordan menyatakan apresiasi kepada pesaingnya, Melvin, keluarga besar Kesultanan Pontianak, sekaligus kolega senator.
“Saya kira Pak Syarif Melvin bersedia bergabung bersama mengurus olahraga di Kalimantan Barat, dan saya sangat menyambut baik hal itu. Beliau sahabat saya di DPD RI,” Daud Cino Yordan menjelaskan.
Kata sahabat menjadi simbol diplomasi, sekaligus pintu kolaborasi potensial. Publik tentu berharap persaingan Musorprov tidak menjelma dendam organisasi, melainkan menjadi energi mengelola masa depan atlet.
Dalam konteks politik olahraga, kabar kolaborasi tersebut mengurangi kecemasan kelompok pendukung Melvin.
Apalagi selama ini beberapa agenda KONI sering tersandung rivalitas internal, perebutan kursi pengurus, bahkan kerap membiarkan atlet menunggu bantuan hingga menit terakhir keberangkatan ke arena nasional.
Di dalam sejarah prestasi olahraga regional, urusan kursi pengurus sering membebani program latihan, padahal atlet membutuhkan pelatih, gizi, fasilitas, jadwal kompetisi, serta dukungan medis.
Setiap kalender olahraga nasional menguji konsistensi pengurus mengalirkan bantuan tepat waktu.
Daud Cino Yordan pun membuka ruang bahu membahu. “Kita berharap seluruh teman-teman pengurus olahraga bersama bahu membahu membangun prestasi olahraga Kalimantan Barat di kemudian hari.”
Dalam gaya tutur itu, terasa ritme khas petinju, mengarahkan pukulan ke lawan tetapi memeluk ring sebagai rumah bersama.
Persiapan Kabinet dan Porprov
Agenda terdekat terlihat jelas, pembentukan kabinet pengurus. Daud Cino Yordan menegaskan, "Pertama, kita harus mempersiapkan kabinet terpilih".
"Setelah itu kita mulai persiapan karena tahun depan sudah masuk Pekan Olahraga Provinsi. Tentu kita sebagai tuan rumah, dalam hal ini provinsi, harus mempersiapkan itu,” Daud Cino Yordan menuturkan.
Pernyataan tersebut mencerminkan navigasi awal organisasi baru. Pembentukan kabinet bukan sekadar penempatan orang dekat, tetapi penyusunan struktur kompeten.
Tidak sedikit tokoh olahraga berharap keterbukaan rekrutmen, komposisi profesional, serta rotasi kader berpengalaman.
Porprov tahun depan akan menjadi panggung penilaian awal. Jika persiapan kacau, publik akan menilai kepemimpinan baru sekadar penggantian nama tanpa fondasi.
Di sisi lain, bila program pembinaan atlet berjalan, hasil pertandingan bisa memunculkan kejutan manis bagi tuan rumah.
Evaluasi PON dan Target Tahun 2028
Daud Cino Yordan tidak menutup mata terhadap rapor PON sebelumnya yang meninggal oleh-oleh PR banyak.
“Kita akan evaluasi hasil PON lalu supaya bisa berbenah diri. Mana saja harus dipersiapkan agar pada PON 2028 kita bisa memperbaiki peringkat menghasilkan prestasi lebih baik,” ucap Daud Cino Yordan menegaskan.
Kalimat tersebut menjadi sinyal serius. Evaluasi PON harus menyentuh skema anggaran, model latihan, mekanisme seleksi atlet, pendampingan psikologi olahraga, serta keterlibatan perguruan tinggi.
PON tahun 2028 bukan sekadar agenda empat tahunan, melainkan penilaian nasional tentang identitas olahraga Kalimantan Barat.
Prestasi PON bagi provinsi kerap berkorelasi dengan ketersediaan fasilitas, sentra latihan, tenaga pelatih, serta kepastian kompetisi regional sepanjang tahun.
Tanpa kalender kompetisi, atlet hanya memiliki latihan tanpa evaluasi. Sejumlah provinsi membangun sport science center, sentra medis, bahkan riset nutrisi atlet.
Kalbar perlu melangkah seirama, sebab kompetisi nasional semakin padat standar internasional. Atlet muda kerap bersaing dengan daerah beranggaran besar, sehingga inovasi menjadi kata kunci.
Dalam lingkup Musorprov, diskusi tersebut jarang mengemuka terbuka, tetapi publik berharap Daud merumuskan peta jalan teknis sebelum Porprov bergulir.
Jalan Panjang Atlet Daerah Kalimantan Barat
Cerita atlet Kalbar tidak seluruhnya terang. Banyak bakat muda berlatih di gelanggang sederhana, mengumpulkan biaya sendiri, bahkan mencari sponsor kecil untuk perjalanan kompetisi.
Di sisi lain, keluarga atlet menabung sedikit demi sedikit. Sebagian pelatih daerah tetap mempertahankan idealisme, melatih tanpa honor layak.
Sejarah panjang pembangunan olahraga daerah menyimpan kisah sepi penghargaan. Kepemimpinan baru tentu membawa harapan.
Akan tetapi, harapan akan berubah menjadi ironi bila komitmen birokrasi tenggelam dalam agenda seremonial.
Di saat konferensi pers, beragam wartawan juga sempat mencatat dialog kecil antara beberapa pengurus tua.
Mereka mempertanyakan transparansi anggaran. Pertanyaan tersebut membayang pada wajah Daud, memberi tekanan tambahan.
Bila atlet gagal tampil baik di Porprov, publik berpotensi menyimpulkan kepemimpinan baru gagal membaca urgensi pembinaan.
Sebaliknya, prestasi cemerlang akan memutar cerita menjadi kabar baik nasional. Catatan publik menunjukkan absennya roadmap jangka panjang selama beberapa periode.
Banyak atlet juga mengekspresikan kekecewaan secara informal, bahkan melalui unggahan media sosial.
Pertanyaannya, sampai kapan pejabat olahraga menutup mata atas minim fasilitas pelatihan? Jika hanya menunggu anggaran, waktu terbuang.
Sedangkan tahun berjalan tanpa kompetisi berdampak pada penurunan performa atlet. Inilah muasal masalah itu berawal.
Sebuah ironi terbuka lebar, petinju dunia kini memimpin rumah olahraga, pertanyaannya apakah bekas juara ring bisa meninju kebiasaan birokrasi lamban?
Pertanyaan tersebut tentu tidak dijawab hari ini, melainkan menunggu rekam jejak kepemimpinan hingga PON 2028.
Asa Kolaborasi Pemerintah dan Swasta
Sindiran paling tajam untuk organisasi olahraga selalu berujung pendanaan. Tanpa dukungan swasta, pembinaan atlet tak mungkin berjalan.
Sebagian pelaku usaha tertarik investasi olahraga, tetapi memerlukan kepastian regulasi, akuntabilitas, serta proposal transparan.
Keterlibatan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat sangat krusial. Di sisi lain, sektor swasta perlu dorongan insentif pajak atau minimal skema promosi.
Kolaborasi tersebut juga menjadi kata favorit plus pengingat, tetapi pelaksanaannya membutuhkan “political will”.
Daud Cino Yordan memasuki KONI Kalbar tidak sekadar membawa sabuk tinju dunia, tetapi membawa beban sosial atlet daerah, beban psikologis pengurus lama, serta beban ekspektasi publik.
Masa depan olahraga Kalbar tidak terletak pada pidato, tetapi terletak pada konsistensi kerja organisasi hari demi hari.
Musorprov telah selesai. Babak baru dimulai. Publik menunggu pukulan pertama Daud Cino Yordan, bukan di ring, tetapi di meja rapat anggaran pembangunan fasilitas latihan.


