- Majelis Syuro XIV Pemuda Muslimin Indonesia resmi dibuka di Green Forest Hotel, Bogor, pada 8 Desember 2025. Forum permusyawaratan tertinggi ini mengangkat tema “Sinergi dan Kontribusi Pemuda Muslimin Indonesia dalam Mewujudkan Asta Cita”, menegaskan peran pemuda Muslim dalam agenda kebangsaan.
- Pembukaan dilakukan Presiden Lajnah Tanfidziyah Syarikat Islam Indonesia, KH. Muflich Chalif Ibrahim, disertai doa serta seruan penetapan status bencana nasional atas musibah melanda Sumatra.
- Ketua Umum PB Pemuda Muslimin Indonesia, Muhtadin Sabili, menekankan kerusakan lingkungan sebagai akar bencana serta perlunya ketegasan negara. Ia menegaskan pemuda harus tampil solid sebagai kekuatan strategis mendukung Asta Cita.
- Delegasi hadir dari puluhan provinsi serta 179 kabupaten/kota, mencerminkan soliditas nasional organisasi. Forum diharapkan melahirkan keputusan progresif serta meneguhkan komitmen menjaga persatuan NKRI.
Kalimantannews.id, Bogor - Bogor Jawa Barat merayakan pagi berembun pada Senin, 8 Desember 2025. Udara hutan pinus di Green Forest Hotel terasa seperti membawa salam damai untuk setiap langkah para pemuda Muslim dari berbagai penjuru republik.
Dalam lanskap penuh kecemasan publik, Majelis Syuro XIV Pemuda Muslimin Indonesia resmi dibuka, dengan harapan baru bagi jalan panjang pemuda dalam panggung kebangsaan.
Forum permusyawaratan tertinggi ini menghadirkan napas lama Syarikat Islam, sekaligus denyut baru generasi pelanjut.
Tema besar, “Sinergi dan Kontribusi Pemuda Muslimin Indonesia dalam Mewujudkan Asta Cita”, melingkupi ruang sidang seperti seruan masa depan, seruan agar peran pemuda tidak berhenti pada retorika.
Suasana pembukaan terasa sakral, ketika Presiden Lajnah Tanfidziyah Syarikat Islam Indonesia, Kyai Haji Muflich Chalif Ibrahim, memukul palu pembukaan.
Dalam forum penuh adab organisasi, kalimat sederhana dapat berubah menjadi tonggak peradaban baru itu.
Pimpinan besar, para delegasi, serta pimpinan cabang duduk dalam satu ruang, membawa aksen daerah masing-masing, dari Papua, Kalimantan, sampai Sumatra.
Suara Duka Negeri
Musim penghujan membawa kabar buruk bagi Pulau Sumatera. Bencana tanah longsor, bencana banjir bandang, serta korban di berbagai titik menyentuh nurani sidang.
Bencana juga itu seperti mengiris masa depan bangsa, terutama masa depan generasi muda saat ini dinilai masih abai.
Dalam sambutan pembukaan, Ketua Umum Pimpinan Besar Pemuda Muslimin Indonesia, Muhtadin Sabili, memilih kalimat penuh empati.
Ia menyebut bencana tersebut tidak dapat dilepaskan dari rusaknya lingkungan akibat aktivitas tanpa tanggung jawab.
“Kita berdoa agar saudara-saudara kita di Sumatera diberi kekuatan dan pemulihan. Negara harus hadir dan bertindak tegas terhadap para perusak lingkungan,” ucap Muhtadin Sabili mengingatkan.
Ucapan itu bukan sekadar belasungkawa. Nada suara Ketua Umum Pimpinan Besar Pemuda Muslimin Indonesia, Muhtadin Sabili terdengar seruan moral.
Bahwa pemerintah perlu memberi sikap keras, bukan sekadar pesan santun. Keprihatinan nasional terasa hadir dalam gedung konferensi, ibarat ruang bersama tempat luka-luka bangsa kembali disisir.
Muhtadin Sabili menjelaskan posisi Pemuda Muslimin Indonesia. Menurutnya, pemuda mesti bersikap sebagai kekuatan strategis dalam mewujudkan Asta Cita pemerintahan Presiden RI Prabowo Subianto dan Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka.
Ia juga menekankan soal perihal pentingnya tatanan organisasi solid, efektif, serta rapi layaknya saf perjuangan.
Doa Untuk Negeri
Dalam sambutan resmi, Kyai Haji Muflich Chalif Ibrahim menyampaikan doa sekaligus empati mendalam.
Ia berharap pemerintah menetapkan status bencana nasional, mengingat dampak luas peristiwa tersebut.
“Peristiwa ini bukan sekadar musibah daerah, tetapi sudah selayaknya dipandang sebagai bencana nasional” tutur Kyai Haji Muflich.
Kalimat itu seperti mengetuk pintu kesadaran. Bencana tidak pernah berdiri sendiri. Selalu ada sebab, selalu ada peringatan, selalu ada masa depan dipertanyakan.
Kyai Haji Muflich juga menambahkan Majelis Syuro XIV menjadi momentum penting untuk memperkuat konsolidasi, menyatukan visi, serta merumuskan arah kebijakan pemuda ke depan.
Kyai Haji Muflich Chalif Ibrahim berharap forum ini memberikan kontribusi bagi upaya PSII dalam memperluas struktur organisasi hingga tingkat wilayah serta daerah.
Ungkapan tersebut sekaligus mengingatkan fungsi organisasi pemuda bukan sekadar ruang berkumpul, melainkan rumah besar tempat nilai dipelihara.
Generasi (Gen Z) pelanjut diajak menatap lebih jauh, jauh melampaui halaman rapat, jauh melampaui panduan sidang.
Denyut Persatuan Mengakar Membumi
Sorot mata para delegasi memperlihatkan ragam warna republik. Dari Papua Barat sampai Aceh, dari Kalimantan hingga Jakarta.
Para pemuda itu datang mewakili budaya, dialek, serta ragam identitas Nusantara. Lebih dari 179 kabupaten serta kota mengirimkan pimpinan cabang.
Keberagaman itu mencerminkan wajah bangsa, wajah Indonesia luas, wajah ribuan pulau, wajah peradaban tua.
Majelis Syuro XIV semacam cermin kebangsaan, menghadirkan spirit persatuan dalam ruang sederhana.
Di luar gedung, angin Bogor Jawa Barat terus berbisik pada pepohonan. Seolah memberi tanda bahwa setiap pemuda memiliki tugas melampaui sekat organisasi.
Adapun tugas menjaga Indonesia tetap utuh, tetap tegak, tetap berdiri sebagai payung seluruh elemen bangsa.
Maka dari itu, kehadiran Majelis Syuro menjadi harapan bahwa ilmu, adab, serta perjuangan akan terus berlanjut.
Bahwa sejarah panjang Syarikat Islam tidak berhenti pada catatan masa lampau, namun terus hidup dalam generasi baru.
Di ruang sidang, percakapan strategis berlangsung. Bahasa organisasi terasa formal, namun sesungguhnya mengandung inti spiritual.
Para pemuda belajar adab musyawarah, belajar mendengar sebelum menanggapi, belajar mengutamakan maslahat.
Wawasan Asta Cita pemerintah membawa dialog panjang, terutama peran pemuda dalam pembangunan umat, bangsa, serta negara.
Bukan perkara mudah menjalankan peran itu, mengingat tantangan global, teknologi, ekonomi, serta perubahan masyarakat bergerak begitu cepat.
Pada titik inilah Pemuda Muslimin menegaskan sikap. Bahwa organisasi tidak bisa berdiri hanya di wilayah sejarah.
Ia mesti maju, menatap realitas, serta bergerak adaptif dalam dinamika era digital kekinian kian ketat sekali ini.
Ada kerinduan agar organisasi pemuda mengambil posisi terdepan, memberi kontribusi nyata, serta menyatukan potensi kader muda hingga tingkat kecamatan.
Majelis Syuro juga menyadari akan tantangan besar itu, meskipun perjalanannya masih panjang amat sangat.
Asa Sebuah Tekad Kebangsaan
Majelis Syuro XIV diharapkan melahirkan keputusan progresif, solutif, serta berdampak nyata. Harapan itu bukan sekadar janji formal, melainkan cita-cita kolektif bagi generasi muda Muslim.
Melalui forum nasional, para pemuda juga ingin meneguhkan peran sebagai kader umat serta bangsa, berkomitmen menjaga persatuan.
Ini juga sekaligus perihal memperkuat identitas keislaman dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Nada tekad itu terasa dalam ucapan setiap pimpinan. Maka, terasa pula dalam ekspresi para peserta sidang.
Mereka datang bukan sekadar memenuhi undangan, melainkan membawa amanat daerah masing-masing.
Di sudut halaman penginapan, langit Bogor mulai merona jingga. Burung kecil biasanya pulang ke ranting ketika sore menjelang.
Setiap pemuda, setiap delegasi, seakan menyimpan doa diam-diam dalam benak. Bahwa masa depan bangsa mesti terus diperjuangkan, bukan sekadar ditunggu.
Majelis Syuro XIV bukan sekadar agenda organisasi. Forum ini menjadi penanda bahwa sejarah masih berlanjut.
Bahwa rasa persatuan masih tumbuh. Bahwa narasi perjuangan pemuda Muslim akan terus bersuara, menyapa masa depan republik dengan langkah pelan, namun pasti.
Indonesia menunggu pemuda mengambil bagian. Menunggu sikap tegas atas luka bumi, menunggu jawaban atas perubahan zaman.
Serta menunggu hadirnya generasi pemuda Muslim Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) mampu berdiri di tengah gelombang sejarah.


