
Langit pagi di kawasan Enggang Mill, PT Peniti Sungai Purun (PSP) tampak teduh ketika para Pengurus Adat mulai menyeruak di antara tenda sederhana yang berdiri di halaman pabrik. Suara Baliukng berpadu dengan alunan doa adat yang mengalun pelan, menghadirkan suasana khidmat dan sakral. Hari itu, keluarga besar PT PSP kembali menggelar ritual adat tahunan “Panambe Panyorok Babatak Ka Binua Babore Nyimah Tanah Sambil Basaru Sumangat”, sebuah wujud nyata pelestarian budaya yang terus dijaga di tengah geliat industri perkebunan kelapa sawit.
Ritual adat Nyimah Tanah dan Basaru Sumangat merupakan tradisi turun-temurun masyarakat Dayak setempat yang mengandung makna mendalam. Upacara ini menjadi simbol permohonan doa kepada Jubata (Tuhan Yang Maha Kuasa) agar seluruh unsur alam dan manusia yang hidup di dalamnya senantiasa diberi keselamatan, kesehatan, serta keberkahan hasil bumi.
“Kegiatan ini bukan sekadar ritual seremonial, tetapi bentuk rasa hormat kami terhadap tanah tempat kami bekerja dan bernaung. Kami ingin menjaga keseimbangan antara aktivitas industri dengan nilai-nilai kearifan lokal,” ujar Samaris, Pimpinan Enggang Mill PT PSP, saat ditemui di sela kegiatan.
Menurutnya, keberadaan upacara adat ini juga menjadi ruang refleksi bagi seluruh karyawan. “Melalui kegiatan seperti ini, kita diajarkan untuk bekerja dengan hati, disiplin, dan penuh rasa syukur. Kalau alam dijaga, manusia pun akan diberi kelimpahan,” tambahnya.
Sakral dan Penuh Kebersamaan
Tepat pukul 09.00 WIB, prosesi Nyangahatn dimulai. Imam adat Cobrianus Philip memimpin doa-doa adat dengan penuh khidmat. Suara doa yang melantun dalam bahasa daerah membuat suasana terasa syahdu dan menyentuh hati. Para karyawan, tokoh masyarakat, serta tamu undangan ikut menundukkan kepala, larut dalam kekhusyukan.
Usai ritual utama, acara dilanjutkan dengan penyampaian pesan dan doa dari para tokoh adat dan masyarakat. Tampak hadir Timanggong Kecamatan Anjungan dan Sei Pinyuh, Dewan Adat Kecamatan Ajungan, serta Ketua dan sekretaris Koperasi Mitra PT PSP. Dari pihak perusahaan, turut hadir Humas & CSR PT PSP Paulus Nokus, Pimpinan Enggang Mill Samaris, beserta staf dan para karyawan.
Seluruh rangkaian berlangsung hingga sekitar pukul 13.00 WIB, kemudian ditutup dengan makan bersama sebuah simbol persaudaraan dan kebersamaan antara perusahaan, masyarakat, dan alam.
Sinergi Perusahaan dan Adat Setempat
Humas & CSR PT PSP Paulus Nokus, menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang telah mendukung suksesnya kegiatan adat ini.
“Kami sangat berterima kasih kepada para tokoh adat, masyarakat, serta seluruh karyawan yang turut menjaga dan melestarikan tradisi ini. Upacara adat Nyimah Tanah dan Basaru Sumangat bukan hanya menjaga hubungan baik antara perusahaan dan masyarakat, tetapi juga menumbuhkan rasa memiliki terhadap lingkungan kerja yang kita cintai bersama,” ujar Paulus.
Ia menambahkan bahwa kegiatan adat seperti ini menjadi salah satu bentuk nyata dari komitmen PT PSP dalam pembangunan berkelanjutan di mana aspek sosial, budaya, dan lingkungan dijaga selaras dengan pertumbuhan ekonomi.
“Kami ingin menunjukkan bahwa investasi yang baik bukan hanya soal produksi, tapi juga soal menghormati nilai-nilai lokal dan menjaga harmoni dengan masyarakat sekitar. Itu adalah bagian dari identitas kami di PT PSP,” tuturnya.
Menjaga Warisan di Tengah Modernisasi
Dalam suasana yang semakin modern dan dinamis, keberadaan ritual adat seperti Nyimah Tanah dan Basaru Sumangat menjadi pengingat bahwa nilai-nilai kearifan lokal tetap relevan. Ia menjadi jembatan antara tradisi dan kemajuan, antara manusia dan alam, antara spiritualitas dan kerja keras sehari-hari.
Upacara adat ini juga menjadi momentum memperkuat silaturahmi antara perusahaan dengan masyarakat sekitar. Banyak warga menyambut positif kegiatan tahunan ini karena dianggap sebagai ruang untuk mempererat hubungan, saling menghormati, dan menjaga keharmonisan sosial.
Bagi PT PSP, pelestarian budaya lokal bukanlah kegiatan seremonial belaka, tetapi bagian dari DNA perusahaan suatu bentuk tanggung jawab sosial yang melekat dalam operasional perkebunan kelapa sawit.
“Setiap tahun, kami ingin kegiatan ini menjadi pengingat bahwa di balik mesin dan pabrik, ada nilai-nilai kemanusiaan dan spiritualitas yang harus kita jaga bersama,” tutup Subianto, Humas PT PSP penuh makna yang telah memandu acara dari awal hingga akhir.
Di tengah hiruk-pikuk dunia industri modern, langkah PT Peniti Sungai Purun menjaga tradisi adat seperti Nyimah Tanah dan Basaru Sumangat menunjukkan bahwa kemajuan tidak harus menghapus akar budaya. Sebaliknya, dari akar tradisi itulah tumbuh kekuatan untuk menjaga harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan.