Dandim Blusukan Oplah Kapuas Hulu: Sawah, Strategi, dan Asa Ketahanan Pangan - Kalimantannews.id

Dandim Blusukan Oplah Kapuas Hulu: Sawah, Strategi, dan Asa Ketahanan Pangan

 Dandim Blusukan Oplah Kapuas Hulu: Sawah, Strategi, dan Asa Ketahanan Pangan

Dandim 1206/Putussibau blusukan tinjau Oplah di Kapuas Hulu, dorong ketahanan pangan dan tingkatkan kesejahteraan petani.
Kalimantannews.id, Kapuas Hulu - Kapuas Hulu Kalimantan Barat kembali jadi sorotan. Bukan karena bencana, bukan pula soal konflik tapal batas, melainkan karena satu agenda besar yang diam-diam menanam harapan Optimalisasi Lahan (Oplah). 

Pada Selasa, 26 Agustus 2025 Komandan Kodim 1206/Putussibau, Letnan Kolonel Armed Andreas Prabowo Putro, turun langsung memeriksa denyut tanah pertanian yang kini digadang sebagai tumpuan masa depan pangan Kalimantan Barat.

Blusukan itu bukan sekadar formalitas. Dengan sepatu bot yang basah lumpur dan topi lapangan yang penuh debu, Letnan Kolonel Armed Andreas Prabowo Putro menelisik tiga titik lokasi sawah di Kecamatan Putussibau Utara. 

Ada Poktan Ulin Batu seluas 30 hektare, Poktan Pancuran Rejeki dengan bentang 50 hektar, dan Poktan Bumi Lestari yang memegang 16 hektar tanah subur. 

Semua sawah ini adalah medan perjuangan, bukan hanya bagi petani, tapi juga bagi negara.

Optimalisasi Lahan dan Asa Ketahanan Pangan Nasional

Kunjungan Dandim Letnan Kolonel Armed Andreas Prabowo Putro bukan tanpa alasan. 

Dalam bayang-bayang krisis pangan global, Kalimantan Barat mendapat mandat untuk memperkuat cadangan pangan lokal. Program Oplah adalah jawabannya. 

Bersama Kapten Armed Supratno, Kabid Tanaman Pangan Kijo, dan PPL Devi, mereka mengukur potensi setiap jengkal tanah.

"Kita harus bekerja sama agar kegiatan Oplah ini sukses," tegas Letnan Kolonel Armed Andreas Prabowo Putro dengan suara berat yang menggema di antara hamparan sawah. 

"Sebab dari sinilah, ketahanan pangan daerah dan nasional bisa tercapai. Dan kalau pangan aman, masyarakat Kapuas Hulu pun akan lebih sejahtera," ucap Letnan Kolonel Armed Andreas Prabowo Putro menegaskan.

Namun, bukan rahasia lagi: membangun sawah bukan hanya soal cangkul dan pupuk. 

Ada cerita getir di baliknya harga gabah yang tak stabil, petani muda yang kian enggan turun ke sawah, dan infrastruktur irigasi yang masih jauh dari kata ideal.

Denyut Kehidupan Petani

Bayangkan wajah petani Poktan Ulin Batu. Keriputnya seperti guratan peta musim—kering, basah, lalu kering lagi. 

Mereka yang setiap hari berperang dengan cuaca, modal, dan pasar, kini tiba-tiba mendapat "senjata" baru dari negara optimalisasi lahan.

Kehadiran Dandim bagaikan oase. Petani Kapuas Hulu hidup di persimpangan antara optimisme pada program nasional dan trauma pada janji-janji pembangunan yang tak jarang layu sebelum panen.

Oplah sejatinya bukan proyek kecil. Pemerintah menargetkan Kalimantan Barat sebagai salah satu basis ketahanan pangan nasional. 

Data Bappenas menunjukkan, Kabupaten Kapuas Hulu menyimpan potensi lahan produktif mencapai 96 ribu hektare. 

Jika dikelola optimal, daerah ini bisa jadi salah satu lumbung padi terbesar di Provinsi Kalimantan Barat.

Namun, strategi ini bukan tanpa risiko. Ada setidaknya tiga tantangan besar.

1. Konversi Lahan Sawah

Tiap tahun, lahan produktif tergerus oleh permukiman dan perkebunan sawit. Jika tren ini berlanjut, target Oplah bisa jadi ilusi.

2. Generasi Petani Menyusut

Anak-anak petani lebih tertarik kerja di kota. Lahan yang diwariskan sering dibiarkan tidur karena tenaga muda enggan berkotor tangan.

3. Harga Komoditas Tak Stabil

Saat panen raya, harga gabah kerap jatuh. Jika negara tak hadir memberi stabilisasi, petani akan rugi dua kali: tenaga terkuras, hasil tak sepadan.

Kolaborasi Menanam Masa Depan

Peran TNI AD dalam Oplah ini jadi menarik. Bukan semata-mata soal ketahanan pangan, tapi juga upaya memperkuat rasa kebersamaan. 

Letnan Kolonel Armed Andreas Prabowo Putro paham betul bahwa memaksa petani bekerja tanpa memastikan pasarnya adalah resep kegagalan. 

Karena itu, Kodim 1206/Psb ikut mengawal distribusi bibit, pupuk, hingga penyuluhan teknologi pertanian.

"Kalau sawah kita kuat, perut rakyat pasti kenyang," ujar Letnan Kolonel Armed Andreas Prabowo Putro, menegaskan filosofi sederhana yang sudah lama dipegang para petani.

Kapuas Hulu tak lagi hanya dikenal dengan sungai besar dan hutan lebatnya. Di balik setiap batang padi yang tumbuh, ada doa, keringat, dan strategi negara yang sedang dirangkai.

Oplah sebagai Tonggak Harapan

Oplah bukan akhir cerita, tapi permulaan. Kapuas Hulu menjadi laboratorium hidup, tempat negara, petani, dan TNI berkolaborasi. 

Jika program ini berhasil, bukan hanya perut warga Kalimantan Barat yang aman, tapi juga harga diri bangsa di tengah ketidakpastian global.

Namun, seperti padi yang butuh air dan sinar, Oplah juga butuh konsistensi. Evaluasi harus dilakukan, teknologi pertanian harus hadir, dan petani harus terus didukung. 

Tanpa itu semua, sawah-sawah ini hanya akan jadi monumen janji politik yang membeku di laporan tahunan.

Letnan Kolonel Armed Andreas Prabowo Putro tahu taruhannya besar. Bukan hanya angka produksi, tapi keberlanjutan hidup generasi petani Kapuas Hulu. 

Di akhir kunjungan, ia menatap hamparan sawah yang basah diterpa senja, lalu berkata pelan, "Di sini, masa depan kita tumbuh."

Formulir Kontak