PBVSI Kalbar Dinilai Lebih Sibuk Komersil Daripada Bina Atlet, Instruktur Bersertifikat Dicuekin, Hanya Kejar Cuan Bro? - Kalimantannews.id

PBVSI Kalbar Dinilai Lebih Sibuk Komersil Daripada Bina Atlet, Instruktur Bersertifikat Dicuekin, Hanya Kejar Cuan Bro?

PBVSI Kalbar Dinilai Lebih Sibuk Komersil Daripada Bina Atlet, Instruktur Bersertifikat Dicuekin, Hanya Kejar Cuan Bro?
PBVSI Kalbar Dinilai Lebih Sibuk Komersil Daripada Bina Atlet, Instruktur Bersertifikat Dicuekin, Hanya Kejar Cuan Bro?

Ironi PBVSI Kalbar: Ketika Sertifikasi Dikesampingkan, Bisnis Lebih Dikedepankan

Kalimantannews.id, Kota Pontianak - Di balik gemuruh smash dan block yang jadi ikon bola voli, ada satu kenyataan pahit di Kalimantan Barat.

Di sana, suara-suara sumbang mulai menyeruak, bukan dari tribun penonton, melainkan dari para insan voli sendiri.

Salah satunya, Muhammad Thayeb, seorang instruktur wasit resmi dari pusat, yang justru diabaikan oleh pengurus daerah sendiri. Ironi? Tentu saja.

Semuanya bermula dari Rakornas Perwasitan yang digelar PP PBVSI di Sentul, Bogor, pada 13-14 Juni 2025 lalu.

Dari rapat nasional itu, lahir satu kebijakan jelas semua instruktur pelatihan wasit wajib mengantongi sertifikat resmi dari PP PBVSI.

Sebuah langkah penting demi menjaga kualitas wasit yang nantinya memimpin pertandingan-pertandingan penting.

Namun, di Kalbar, cerita justru berbalik. Alih-alih menjalankan arahan pusat, Pengprov PBVSI Kalbar malah memilih jalan pintas menunjuk instruktur asal-asalan. 

Bukan mereka yang bersertifikat resmi pusat, melainkan sekadar 'ditunjuk' lewat surat lokal.

Hasilnya? Pelatihan berjalan, uang mengalir, tapi kualitas? Silakan nilai sendiri.

Muhammad Thayeb Instruktur Resmi, Tapi Hanya Jadi Penonton

Muhammad Thayeb, satu-satunya instruktur perwasitan voli indoor bersertifikat resmi PP PBVSI di Kalbar, hanya bisa menggeleng kepalanya.

Sertifikatnya yang diperoleh pada 9 September 2013 di Jakarta seolah tak berarti apa-apa di mata pengurus PBVSI Kalbar saat ini.

Prestasi? Ada. Pengalaman? Tak diragukan. Tapi dalam era kepemimpinan Irwan dan Yefrijal sebagai ketua harian, Thayeb tak pernah dilibatkan.

Meski jadi instruktur resmi pusat, suaranya justru dianggap angin lalu.

“Saya yang sudah ikut pelatihan resmi pusat saja tidak pernah dilibatkan. Instruktur yang tidak ada sertifikat pusat malah mereka pakai. Aneh,” sindir Thayeb getir.

Ironis memang. Di tengah upaya pusat memperbaiki kualitas SDM, daerah justru sibuk cari jalan sendiri—yang lebih cepat, lebih mudah, dan tentu lebih ‘menguntungkan’.

Pelatihan Jadi Lahan Bisnis?

Menurut Thayeb, kegiatan pelatihan yang dilakukan pengurus PBVSI Kalbar tak lebih dari ajang komersialisasi. Istilahnya, pelatihan jalan, uang masuk, soal output? Itu urusan belakangan.

“Pembinaan atlet? Tidak ada sama sekali,” ucapnya tegas.

Bagi Thayeb, ini seperti menjual mimpi palsu. Pelatihan dilakukan tanpa standar resmi, sementara regenerasi atlet terabaikan.

Hasilnya bisa ditebak prestasi voli Kalbar justru semakin ketinggalan dibanding daerah lain, terutama Pulau Jawa.

“Kita dua tingkat di bawah provinsi Jawa. Sekadar masuk Pra-PON saja sudah sulit. Kapan maju kalau begini?” kritiknya tajam.

Evaluasi? Hanya di Atas Kertas

Seakan menegaskan betapa carut-marutnya organisasi ini, Thayeb juga menyinggung tentang ketidakpatuhan pengurus PBVSI Kalbar terhadap AD/ART organisasi.

Mulai dari rapat tahunan yang jarang digelar, evaluasi yang sekadar formalitas, hingga pengukuhan pengurus yang melenceng dari aturan.

Pasal 24 AD/ART PBVSI jelas menyebut pengurus wajib menggelar musyawarah. Pasal 34 juga mengatur rapat kerja provinsi setahun sekali untuk evaluasi program. Sayangnya, semua ini hanya indah di atas kertas.

“Rapat? Evaluasi? Program kerja? Yang ada hanya pelatihan instan, uang masuk, tapi hasilnya nol besar,” beber Thayeb.

PBVSI Kalbar: Organisasi Olahraga Atau 'Biro Bisnis Pelatihan'?

Pertanyaan yang mungkin menggantung di benak insan voli Kalbar hari ini apakah PBVSI Kalbar masih layak disebut organisasi olahraga? Atau sudah berubah menjadi ‘biro bisnis pelatihan’ berkedok olahraga?

Pasalnya, di bawah kepemimpinan saat ini, PBVSI Kalbar dinilai lebih sibuk urusan pelatihan berbayar daripada mengurus pembinaan atlet.

Keterlibatan pihak-pihak bersertifikasi resmi dikesampingkan, asal ada yang bersedia jadi instruktur, langsung angkat tangan.

Transparansi? Nol. Pembaharuan? Tidak ada. Sementara insan voli di daerah hanya bisa berharap ada perubahan, meski sekadar mendengar suara mereka saja, pengurus terkesan enggan.

Asa Baru Menuju Perubahan

Dengan pengurus PBVSI Kalbar yang segera mengakhiri masa jabatan, Thayeb berharap ada perbaikan nyata.

PBVSI Kalbar butuh pemimpin baru yang terbuka, transparan, profesional, dan benar-benar peduli pada perkembangan atlet, bukan sekadar 'memelihara' rekening organisasi.

“Harapan kami, kepengurusan ke depan bisa membawa perubahan. Jangan malu mengakui kita tertinggal. Kita butuh pembinaan, bukan jualan pelatihan,” pungkas Thayeb.

Apakah PBVSI Kalbar siap berubah? Atau tetap nyaman menjadi ‘agen pelatihan kilat’ yang hanya mencari untung?

Kita tunggu jawabannya, di lapangan—atau di rapat yang entah kapan akan digelar.

Instruktur resmi PBVSI pusat, Muhammad Thayeb, kritik keras PBVSI Kalbar. Pelatihan abal-abal, sertifikasi diabaikan, atlet tak dibina, tapi bisnis pelatihan jalan terus.

Formulir Kontak