
SPBU 64.783.II: Tempat Minibus Jadi 'Tanker' dan Pertalite Naik Kelas!
Pertalite Mengalir Deras ke Tangki Siluman, Warga: Ini Bukan BBM, Tapi Drama!
SPBU 64.783.II Desa Korek, Surganya Tangki Siluman: Pertalite Dijual Mahal, Operator Ditegur Santai Bro!
Kalimantannews.id, Desa Korek - Di tengah hiruk-pikuk jalan Trans Kalimantan, ada satu fenomena unik yang patut diapresiasi—atau mungkin dicibir.
Sebuah minibus biasa yang seharusnya hanya mengangkut penumpang ternyata memiliki "bakat tersembunyi."
Bakat ini bukan soal mesin yang bertenaga atau interior yang mewah, melainkan kemampuan untuk menyimpan "tangki siluman" di dalam perutnya.
Ya, ini bukan cerita fiksi ilmiah, tapi kenyataan yang terjadi di SPBU 64.783.II, Desa Korek, Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat.
Operator SPBU: Kami Akan Tegur Pelaku, Tapi Jangan Ditanya Kapan!
Saat ditanyakan kepada pengawas SPBU tentang tindakan mereka terhadap praktik ini, jawabannya sungguh membuat kita geleng-geleng kepala.
"Kami akan menegur operatornya," ujar sang pengawas dengan nada santai, seolah-olah masalah ini hanya sebatas salah pencet tombol di mesin kasir.
Tapi tunggu dulu, apakah teguran saja cukup untuk menghentikan praktik yang jelas-jelas melanggar aturan?
Atau jangan-jangan, ini hanya cara halus untuk menutupi sesuatu yang lebih besar?
Selisih Rp1.000 per Liter, Siapa Menikmati Keuntungan?
Dalam dunia bisnis, selisih harga sering kali menjadi pemicu berbagai intrik. Di SPBU ini, harga Pertalite yang seharusnya Rp10.000 per liter ternyata dijual Rp11.000 per liter.
Lalu, siapa yang menikmati keuntungan dari selisih Rp1.000 tersebut? Apakah operator SPBU?
Atau mungkin "pemilik tangki siluman" yang menjadikan mobilnya sebagai alat transportasi sekaligus tanker mini?
Pertanyaan ini masih menggantung, seperti asap knalpot yang tak kunjung hilang di jalanan Trans Kalimantan.
Tangki Siluman: Ketika Mobil Bukan Lagi Alat Transportasi Biasa
Bayangkan sebuah mobil minibus yang tampak biasa-biasa saja. Roda empat, kursi beberapa baris, dan ruang bagasi yang cukup luas.
Namun, siapa sangka bahwa di balik tampilan polosnya, mobil ini menyimpan rahasia besar. Bukan rahasia cinta terlarang, melainkan rahasia tentang tangki siluman yang tersembunyi di dalamnya.
Kejadian ini terungkap saat awak media sedang melakukan pengisian BBM di SPBU 64.783.II, Desa Korek, Kabupaten Kubu Raya.
Saat itu, sebuah minibus tampak melakukan pengisian Pertalite. Awalnya, tidak ada yang mencurigakan.
Namun, ketika terjadi tumpahan BBM, barulah terkuak bahwa BBM tersebut bukan mengalir ke tangki resmi mobil, melainkan ke tangki siluman yang tersembunyi di dalamnya.
"Saya pikir cuma isapan jempol belaka tentang tangki siluman ini," kata seorang warga setempat sambil tersenyum sinis.
"Ternyata, benar-benar ada. Ini bukan lagi soal hemat BBM, tapi soal bisnis ilegal yang menggiurkan."
SPBU 64.783.II: Tempatnya Praktik Lancung Berkedok Pengisian BBM
Jika Anda berpikir SPBU hanyalah tempat untuk mengisi bahan bakar kendaraan, maka Anda salah besar.
Di SPBU 64.783.II, Desa Korek, ada lebih dari sekadar nozel dan dispenser. Tempat ini adalah panggung bagi praktik-praktik lancung yang mengundang decak kagum sekaligus rasa geram.
Salah satu contohnya adalah pengisian BBM ke tangki siluman. Praktik ini jelas melanggar aturan karena BBM jenis Pertalite seharusnya digunakan untuk kebutuhan kendaraan pribadi, bukan untuk diperdagangkan kembali.
Namun, di sini, aturan tampaknya hanya dijadikan pajangan di dinding.
"Pengawas bilang akan menegur operatornya," ungkap seorang sumber yang enggan disebutkan namanya.
"Tapi kalau cuma teguran, apa iya bisa menghentikan praktik ini? Rasanya seperti memberi permen pada anak nakal tanpa menghukumnya."
Harga Pertalite Naik Kelas, Warga: Apakah Ini Resesi Atau Drama?
Selain praktik pengisian ke tangki siluman, ada juga kabar menarik tentang harga Pertalite.
Di SPBU ini, harga Pertalite yang seharusnya Rp10.000 per liter ternyata dijual Rp11.000 per liter.
Selisih Rp1.000 mungkin terdengar kecil, tapi jika dikalikan dengan volume penjualan harian, angkanya bisa sangat fantastis.
"Inilah yang disebut dengan ekonomi kreatif versi SPBU," celetuk seorang pengguna jalan dengan nada bercanda. "Harganya naik, tapi kualitasnya tetap sama. Yang untung siapa, ya?"
Antara Pasrah dan Geram
Bagi warga Desa Korek, fenomena ini bukanlah hal baru. Sebagian dari mereka sudah lama mendengar desas-desus tentang tangki siluman dan selisih harga BBM.
Namun, karena tidak ada tindakan tegas dari pihak terkait, mereka hanya bisa pasrah.
"Kalau kami protes, nanti malah disangka iri," ujar seorang warga dengan nada getir. "Padahal, ini soal keadilan. Kenapa mereka bisa seenaknya, sedangkan kami harus antre berjam-jam untuk dapat BBM?"
Ketika SPBU 64.783.II di Desa Korek Jadi Panggung Sandiwara
SPBU 64.783.II di Desa Korek, Kabupaten Kubu Raya, bukan sekadar tempat pengisian BBM.
Tempat ini adalah panggung sandiwara yang mempertontonkan berbagai praktik lancung, mulai dari tangki siluman hingga selisih harga BBM.
Meski pihak pengawas mengaku akan menegur pelaku, pertanyaan besar tetap menggantung: apakah tindakan ini cukup untuk menghentikan praktik ilegal yang merugikan banyak pihak?
Satu hal yang pasti, cerita ini bukan hanya tentang BBM, melainkan tentang manusia yang sering kali lebih memilih untung pribadi daripada keadilan bersama.