
Sate Merah Van Demang: Nostalgia Kolonial Dalam Gigitan Pedas Manis
Kalimantannews.id, Batam - Jejak sejarah kolonial hidup kembali lewat Sate Merah Van Demang di Batam. Nikmati sajian unik bernuansa nostalgia dengan perpaduan rasa pedas, manis, dan gurih yang memikat selera.
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern Kota Batam yang terus berkembang, sebuah restoran muncul dengan misi yang tak biasa: menghidupkan kembali jejak sejarah melalui lidah.
Restoran Sate Merah Van Demang , yang baru saja dibuka di kawasan strategis Batam, Provinsi Kepulauan Riau.
Hadir sebagai pelopor kuliner tematik bernuansa Hindia Belanda—menyatukan rasa Nusantara dengan aroma nostalgia masa lalu.
Dikelola oleh CEO Pandawa Plus Hand, Chepy Suparman, restoran ini tidak hanya menawarkan makanan lezat, tetapi juga pengalaman kuliner yang sarat makna.
Di balik setiap suapan Sate Merah dan Nasi Lemak Van Demang tersimpan cerita panjang tentang perjumpaan antara budaya lokal dan penjajah, yang kini diramu ulang menjadi hidangan yang mendebarkan lidah.
Mengusung Semangat “Kuliner Bercerita”
Sebuah restoran bukan sekadar tempat makan. Ia bisa menjadi panggung bagi sejarah, seni, dan kenangan.
Inilah prinsip yang dianut oleh Van Demang sejak awal pendiriannya. Konsepnya sederhana namun penuh filosofi: menyuguhkan makanan yang bercerita, baik dari segi rasa maupun penyajian.
Nama Van Demang sendiri bukan nama sembarangan. Kata "Van" adalah ciri khas gelar bangsawan Belanda, sedangkan "Demang" merupakan gelar kepala daerah di Sumatra pada masa penjajahan.
Dengan mengambil kombinasi itu, Chepy ingin menciptakan identitas kuliner yang kuat—sekaligus menegaskan bahwa restorannya siap menjadi pemimpin di dunia persatean modern.
“Harapannya Van Demang bisa menjadi pimpinan di dunia persatean yang bisa bersaing di Batam,” ujar Chepy saat dalam acara peresmian restoran tersebut pada Jumat, 16 Mei 2025.
Sate Merah Van Demang: Sensasi Berbeda dari Sate Biasa
Jika Anda membayangkan sate dengan saus kacang tebal dan bawang putih tajam, maka Sate Merah Van Demang akan membuat Anda terkejut.
Ini bukan sate biasa. Ini adalah inovasi radikal dalam dunia kuliner Indonesia.
Yang membedakan Sate Merah adalah bumbu marinasi yang digunakan sebelum daging dipanggang.
Bukan bumbu kuning atau hitam seperti sate pada umumnya, melainkan bumbu merah khas yang dibuat dari campuran rempah-rempah pilihan.
Daging ayam atau sapi yang digunakan pun tidak langsung dibakar di atas bara api, tetapi dimasak secara perlahan agar matang sempurna tanpa kehilangan kelembutan tekstur.
Setelah matang, sate ini disajikan tanpa saus kacang, melainkan dengan sambal pecak pedas gurih yang memberikan nuansa rasa berbeda.
Perpaduan manis, gurih, dan pedas begitu harmonis, mengundang sensasi yang tak mudah dilupakan.
Harganya? Sangat ramah kantong untuk ukuran kuliner premium. Hanya dengan Rp 35 ribu, Anda sudah bisa menikmati lima tusuk sate merah, atau sekitar 200 gram. Sebuah harga yang pantas untuk pengalaman kuliner yang langka.
Nasi Lemak Van Demang: Versi Kolonial yang Penuh Makna
Tidak lengkap rasanya jika tidak mencoba menu pendamping ikonik mereka: Nasi Lemak Van Demang.
Menu ini lahir dari ide untuk merekonstruksi nasi lemak tradisional dengan sentuhan gaya kolonial Eropa Timur.
Nasi lemak yang biasanya disajikan dengan ikan bilis, telur, timun, dan sambal, di Van Demang mendapat tambahan olahan daging ala Hindia Belanda serta kerupuk warna-warni yang menyerupai bendera Belanda.
Tampilannya cantik, aromanya menggoda, dan rasanya… mengingatkan kita pada sesuatu yang sangat lama tak terasa: nostalgia.
“Ini adalah versi kolonial dari nasi lemak. Kami ingin orang merasakan bagaimana makanan bisa menjadi jembatan antara masa lalu dan sekarang,” kata Chepy.
Interior Bernuansa Bangsawan Hindia Belanda
Masuk ke dalam restoran Van Demang serasa memasuki waktu mesin yang membawa Anda kembali ke era Hindia Belanda.
Interior bergaya rumah besar bangsawan terpampang jelas di setiap sudut. Meja kayu jati tua, lampu gantung klasik, lukisan-lukisan tempo doeloe, dan sofa beludru biru membuat suasana begitu autentik.
Musik keroncong mengalun pelan di latar belakang, menemani obrolan santai para pengunjung.
Sesekali, lagu-lagu lawas Belanda seperti Zing Voor Mevrouw atau De Avond Is Mijn turut menambah suasana khidmat nan romantis.
Promo Pembukaan Menggemparkan
Pada hari peresmiannya, Van Demang menggelar promo yang langsung membuat heboh warga Batam: Free 1000 Tusuk Sate.
Promo ini berlangsung dari pukul 13.00 hingga 17.00 WIB, dan disambut dengan antusiasme luar biasa.
Antrean panjang terlihat sejak pagi hari. Anak muda, keluarga, hingga pejabat daerah rela menunggu berjam-jam demi mencicipi sensasi Sate Merah yang katanya “berbeda dari yang lain”.
Tak sedikit yang kemudian membagikan pengalamannya di media sosial, menjadikan Van Demang viral dalam waktu singkat.
Kenapa Harus Datang ke Van Demang?
Van Demang bukan hanya soal makanan. Ia adalah refleksi dari cara masyarakat Indonesia saat ini memandang sejarah.
Ada semacam romantisme terhadap masa lalu, meski itu adalah masa penjajahan. Namun, romantisme itu tidak datang dengan rasa dendam atau penyesalan.
Melainkan sebagai upaya untuk membangun jembatan antara generasi muda dengan akar budaya mereka yang kadang terlupakan.
Melalui kuliner, Van Demang mencoba menyampaikan pesan bahwa sejarah tidak harus selalu disampaikan dengan kesedihan. Ia bisa dinikmati, dirasakan, bahkan disantap dengan lahap.
Gaya Penyajian Menjadi Daya Tarik Visual
Restoran ini juga piawai dalam hal estetika visual. Tiap hidangan disajikan dengan tata letak artistik, menggunakan piring putih bersih dan dekorasi daun pisang kering sebagai aksen tradisional.
Untuk menu Nasi Lemak Van Demang, warna-warna hidangan sengaja dirancang mirip bendera Belanda: merah, putih, dan biru.
Hal ini membuat menu-menu Van Demang sangat cocok untuk diabadikan dalam foto dan video, menjadikannya Instagramable dan shareable di media sosial.
Strategi ini ternyata ampuh menarik perhatian generasi muda yang gemar berburu kuliner unik dan fotogenik.
Mimpi Besar di Dunia Persatean Nasional
Chepy Suparman tidak berhenti sampai di Batam. Ia memiliki mimpi besar: membawa Van Demang menjadi brand kuliner nasional yang dikenal luas.
Ia ingin restoran ini menjadi simbol kebangkitan kuliner tematik di Indonesia, yang tidak hanya fokus pada rasa, tetapi juga nilai-nilai sejarah dan budaya.
“Kami percaya, kuliner bisa menjadi jalan untuk mengingat, belajar, dan merenung tentang masa lalu. Dan kami ingin menjadi bagian dari proses itu,” ucapnya.
Ketika Makanan Menjadi Cerita yang Layak Diceritakan
Sate Merah Van Demang bukan sekadar tempat makan. Ia adalah ruang di mana masa lalu dan masa kini bertemu.
Yang di mana rasa dan sejarah saling menyatu, dan di mana lidah bisa diajak berkelana ke zaman yang sudah lama berlalu.
Dengan konsep unik, menu inovatif, dan atmosfer yang menghadirkan nuansa nostalgia, Van Demang berhasil menciptakan pengalaman kuliner yang sulit tertandingi.
Ia adalah jawaban bagi mereka yang bosan dengan sajian monoton, yang ingin mencari sesuatu yang berbeda, dan yang masih percaya bahwa makanan bisa menjadi lebih dari sekadar makanan.