
Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) bukan sekadar peringatan rutin, melainkan sebuah momen sakral yang mengingatkan bangsa akan perjalanan panjang menuju kemerdekaan.
Di balik angka-angka kalender itu, tersimpan sejarah yang sarat makna, sebuah narasi tentang bagaimana bangsa ini mulai menemukan jati dirinya.
Pada tahun 1908, tepatnya di bumi Jawa, berdirilah organisasi Boedi Oetomo (Budi Utomo).
Organisasi ini tidak hanya menjadi tonggak sejarah, tetapi juga simbol lahirnya kesadaran nasional.
Para pemuda dan cendekiawan saat itu menyadari bahwa tanpa persatuan, mustahil bagi bangsa ini untuk meraih kemerdekaan.
Boedi Oetomo adalah pelopor gerakan nasional yang menginspirasi generasi-generasi berikutnya untuk bersatu padu demi cita-cita besar: Indonesia merdeka.
Di era modern seperti sekarang, Harkitnas memiliki makna yang tidak kalah penting.
Bukan lagi tentang perjuangan fisik melawan penjajah, melainkan tentang bagaimana bangsa ini bangkit dari keterpurukan sosial, ekonomi, dan moral.
Tema Harkitnas 2025, "Bangkit Bersama Wujudkan Indonesia Kuat," adalah seruan agar seluruh elemen bangsa bersinergi untuk membangun negeri yang lebih baik.
Refleksi Nasionalisme di Mata Tokoh Masyarakat
Di sudut Kota Pontianak, Kalimantan Barat, suara bijak Haji Munaji terdengar jelas sangat.
Anggota DPRD Kota Pontianak ini menyampaikan pandangannya tentang arti Harkitnas dalam konteks kehidupan modern.
“Jangan lelah untuk berbuat menebar kebaikan manfaat untuk semua kalangan umat,” ujarnya dengan nada penuh keyakinan di Kota Pontianak Kalimantan Barat hari ini.
Bagi Haji Munaji, Harkitnas bukan sekadar hari peringatan, melainkan panggilan jiwa untuk memperkuat rasa nasionalisme.
Ia menegaskan, tema Harkitnas 2025 adalah titik awal bagi seluruh bangsa untuk bangkit dengan semangat persatuan dan kesatuan yang tinggi.
“Ini adalah momen bagi kita semua untuk menyadari bahwa kekuatan bangsa ini ada pada persatuan,” tuturnya mengingatkan.
Sebagai legislator dari daerah pemilihan Pontianak Utara, Haji Munaji memiliki harapan besar terhadap generasi muda.
Ia percaya, kalau anak-anak muda adalah tulang punggung bangsa yang akan membawa Indonesia menuju masa depan gemilang.
Namun, untuk mewujudkan itu, mereka harus memiliki jiwa nasionalisme yang kuat dan tekad yang tak pernah padam.
Lahirnya Kesadaran Nasional
Boedi Oetomo didirikan pada 20 Mei 1908 oleh para mahasiswa STOVIA (School Tot Opleiding Van Indische Artsen), sebuah sekolah kedokteran di Batavia.
Mereka adalah generasi muda yang sadar akan pentingnya pendidikan dan persatuan dalam membangun bangsa.
Meskipun awalnya fokus pada pendidikan dan budaya, Boedi Oetomo kemudian berkembang menjadi organisasi politik yang menyerukan kesatuan dan kemerdekaan.
Organisasi ini menjadi inspirasi bagi berdirinya organisasi-organisasi lain seperti Sarekat Islam, Jong Java, dan Perhimpunan Indonesia.
Dengan demikian, Boedi Oetomo adalah embrio dari gerakan nasionalisme yang akhirnya membuahkan hasil pada Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Kini, 117 tahun setelah berdirinya Boedi Oetomo, bangsa Indonesia masih membutuhkan semangat yang sama.
Dunia mungkin telah berubah, tetapi tantangan yang dihadapi bangsa ini tetap memerlukan kekuatan persatuan dan gotong royong.
Tema Harkitnas 2025, "Bangkit Bersama Wujudkan Indonesia Kuat," memiliki makna mendalam. Ini adalah seruan agar bangsa ini bangkit dari segala keterpurukan.
Mulai dari kemiskinan, ketimpangan sosial, hingga ancaman disintegrasi bangsa. Persatuan adalah kunci utama untuk menghadapi semua tantangan tersebut.
Bangkit dalam persatuan juga berarti menguatkan solidaritas antarwarga negara. Di tengah era digital yang serba cepat, media sosial sering kali menjadi tempat saling mencela dan memecah belah.
Oleh karena itu, tema ini mengajak seluruh masyarakat untuk kembali kepada nilai-nilai kebersamaan dan toleransi.
Generasi muda, sebagai penerus bangsa, memiliki peran penting dalam mewujudkan tema ini.
Mereka harus menjadi agen perubahan yang membawa optimisme dan semangat baru. Dengan pendidikan yang baik, teknologi yang maju, dan karakter yang kuat, generasi muda dapat menjadi motor penggerak Indonesia menuju masa depan yang lebih cerah.
Harkitnas bukan hanya tentang sejarah, tetapi juga tentang relevansinya dengan kehidupan modern.
Di tengah globalisasi yang semakin intens, bangsa ini dituntut untuk tetap menjaga identitasnya.
Nasionalisme bukan berarti menutup diri dari dunia luar, melainkan tentang bagaimana bangsa ini bisa berdiri tegak di tengah arus globalisasi.
Harkitnas juga mengajarkan pentingnya gotong royong. Di era yang serba individualistis ini, nilai-nilai kebersamaan sering kali terpinggirkan.
Padahal, gotong royong adalah warisan budaya yang menjadi kekuatan bangsa ini. Dengan bergotong royong, tidak ada tantangan yang tidak bisa diatasi.
Selain itu, Harkitnas adalah momentum untuk merefleksikan kembali komitmen terhadap pembangunan bangsa.
Setiap warga negara, baik tua maupun muda, memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi kepada negeri ini.
Apakah itu melalui pekerjaan, pendidikan, atau bahkan tindakan sederhana seperti menjaga lingkungan, semuanya adalah bagian dari upaya membangun Indonesia yang lebih baik.
Api Semangat Itu Tak Pernah Padam
Harkitnas adalah api semangat yang tak pernah padam. Ia adalah nyala obor yang terus menyala di hati setiap anak bangsa.
Melalui peringatan ini, bangsa Indonesia diajak untuk kembali kepada akar perjuangan: persatuan, kesatuan, dan nasionalisme.
Di tahun 2025, tema "Bangkit Bersama Wujudkan Indonesia Kuat" menjadi pengingat bahwa bangsa ini harus bangkit dari segala tantangan.
Dengan semangat persatuan dan gotong royong, Indonesia akan mampu menghadapi masa depan dengan kepala tegak.
Seperti kata Haji Munaji, “Bangkitlah wahai anak bangsa, karena kekuatan Indonesia ada pada persatuanmu.”