
Ketika Solar Subsidi Dijadikan 'Tamu Istimewa' di Bak Pickup Kijang Hilux
Kalimantannews.id, Sintang - Jika Anda pernah membayangkan sebuah aksi layaknya film Ocean's Eleven , tetapi versi lokal dan berlatar belakang SPBU pedesaan, maka inilah kenyataannya.
Di Desa Pribang Baru, Kecamatan Tempunak, Kabupaten Sintang Provinsi Kalimantan Barat, ada sebuah pementasan teatrikal yang melibatkan solar subsidi, jerigen plastik, dan mobil pickup Kijang Hilux hitam.
Semua itu berlangsung tanpa skrip resmi, namun tetap menarik perhatian publik.
Ceritanya begini: pada suatu hari yang cerah (atau mungkin mendung, siapa yang peduli?), sebuah mobil pickup Kijang Hilux berwarna hitam—yang biasanya digunakan untuk angkutan barang atau keperluan proyek—ternyata sedang bertransformasi menjadi “truk pengangkut emas hitam”.
Ya, Anda tidak salah baca. Emas hitam dalam bentuk jerigen-jerigen plastik penuh solar subsidi.
Menurut Budi, salah satu warga setempat yang juga saksi mata, adegan ini bukanlah pertunjukan perdana.
“Saya sering melihat mobil-mobil seperti ini datang ke SPBU, lalu membeli solar subsidi menggunakan jerigen. Bahkan mereka tak segan-segan melakukannya di tengah siang bolong,” ujarnya dengan nada geram.
Mobil Hilux vs Rakyat Kecil: Pertarungan Epik di Depan Nosel Pompa
Mari kita bayangkan situasi ini: di satu sisi, ada ibu-ibu pemilik warung kelontong yang rela antre berjam-jam demi mendapatkan beberapa liter solar untuk menjalankan usaha kecilnya.
Di sisi lain, ada mobil pickup Kijang Hilux yang datang dengan bak penuh jerigen, siap menyedot habis solar subsidi hanya dalam waktu singkat. Lucu? Tentu saja tidak. Ini adalah ironi yang menyakitkan.
Menurut Perpres Nomor 191 Tahun 2014, BBM bersubsidi hanya diperuntukkan bagi konsumen tertentu, yaitu kendaraan umum, nelayan, dan pelaku usaha mikro.
Namun, entah bagaimana caranya, jerigen plastik dan mobil pickup bisa masuk dalam kategori tersebut. Mungkin karena jerigen-jerigen itu memiliki kartu identitas palsu?
Yang lebih mengejutkan lagi, aktivitas ini dilakukan secara terang-terangan, tanpa rasa takut atau malu. Seakan-akan seluruh dunia sudah tahu bahwa mereka sedang melakukan sesuatu yang salah, tapi tidak ada yang berani menghentikannya.
Apakah ini karena petugas SPBU yang kurang tegas? Ataukah karena sistem pengawasan Hiswana Migas dan Region VI Balikpapan masih sebatas slogan di atas kertas?
Jerigen Plastik: Senjata Rahasia Penimbun Solar Subsidi
Jerigen plastik mungkin tampak seperti benda biasa bagi kebanyakan orang. Tapi di tangan para penimbun BBM bersubsidi, jerigen ini berubah menjadi senjata rahasia yang sangat efektif.
Bayangkan saja: satu jerigen berisi 20 liter solar bersubsidi. Jika ada 50 jerigen di dalam bak pickup, maka totalnya mencapai 1.000 liter. Angka yang cukup fantastis, bukan?
Dan jangan lupa, harga solar subsidi jauh lebih murah dibandingkan solar non-subsidi. Artinya, selisih harga tersebut menjadi keuntungan besar bagi para penimbun.
Uang hasil penjualan solar subsidi ilegal ini kemudian masuk ke kantong pribadi mereka, bukan untuk kepentingan rakyat kecil seperti semestinya.
“Ini bukan sekadar pelanggaran administratif,” kata Budi dengan nada serius. “Ini adalah tindakan pidana yang harus ditindak tegas sesuai Pasal 40 angka 9 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Cipta Kerja.”
Namun sayangnya, hingga saat ini belum ada tindakan nyata yang signifikan dari pihak berwenang. Apakah mereka terlalu sibuk dengan urusan lain? Ataukah ada sesuatu yang lebih besar di balik semua ini?
SPBU Pribang Baru Itu Panggung Sandiwara BBM Bersubsidi
SPBU 3 T Pribang Baru, dengan nomor registrasi 66.786.07, seharusnya menjadi tempat distribusi BBM bersubsidi yang adil dan merata.
Sayangnya, realitanya justru sebaliknya. Tempat ini telah berubah menjadi panggung sandiwara di mana aturan main hanya berlaku bagi mereka yang patuh, sementara pelaku nakal bebas beraksi tanpa hambatan.
Ironisnya, masyarakat setempat sudah lama mengetahui praktik ini. Namun, apa daya? Tanpa dukungan aparat penegak hukum yang tegas, jeritan protes mereka hanya akan hilang ditelan angin.
“Kami meminta Hiswana Migas dan Region VI Balikpapan untuk turun langsung ke lapangan dan melakukan pengawasan rutin,” kata Budi. “Kalau tidak, maka penyalahgunaan BBM bersubsidi akan terus berlangsung, merugikan negara dan masyarakat banyak.”
Ketika Solar Subsidi Lebih Mahal Daripada Harga Diri
Pada akhirnya, kasus penyalahgunaan solar subsidi di SPBU Pribang Baru ini bukan sekadar cerita tentang jerigen plastik dan mobil pickup.
Ini adalah potret buram tentang moralitas bangsa yang mulai luntur. Ketika harga diri dan integritas bisa dikorbankan demi keuntungan pribadi, maka jangan heran jika negara Indonesia semakin sulit maju.
Apakah ada solusi? Tentu saja ada. Pengawasan ketat, penegakan hukum yang tegas, serta edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya BBM bersubsidi adalah langkah-langkah konkret yang harus segera diambil.
Namun, semua itu butuh komitmen nyata dari semua pihak, bukan sekadar wacana kosong.
Jadi, mari kita bertanya pada diri sendiri: apakah kita akan terus diam melihat ‘emas hitam’ ini disalahgunakan oleh segelintir orang? Ataukah kita akan bangkit dan berusaha menghentikannya? Jawabannya ada di tangan kita semua.
Solar Subsidi untuk Rakyat, Bukan untuk Jerigen dan Hilux!
Kasus penyalahgunaan BBM bersubsidi di SPBU Pribang Baru adalah cerminan nyata betapa rapuhnya sistem distribusi energi di negeri ini.
Kejadian ini menggugah kesadaran semua umat manusia agar tidak lagi tinggal diam melihat praktik-praktik curang yang merugikan banyak pihak.
Tentu saja kejadian ini tidak hanya menjadi bahan bacaan ringan, tetapi juga inspirasi bagi siapa saja untuk turut serta menjaga keadilan dalam distribusi BBM bersubsidi.
Karena pada akhirnya, solar subsidi adalah hak rakyat kecil, bukan hak jerigen plastik dan mobil pickup Kijang Hilux.