
Bimtek DPRD Sanggau di Jakarta: Antara Lari Pagi dan Mimpi Jalan-Jembatan yang Tak Kunjung Datang
Lari Pagi di Jakarta, Tapi Jalan Desa di Meliau Masih Berlubang-Lubang"
Kalimantannews.id - Jakatar - Di pagi yang cerah pada Jumat, 25 April 2025, Marulak Marbun tampak bugar berlari di trotoar Jakarta Pusat.
Trotoarnya mulus, jalannya bersih, dan udaranya—meski sedikit polusi—tetap lebih segar dibandingkan aroma lumpur dan debu di jalan-jalan desa di Kecamatan Meliau, Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat.
Sungguh ironis, bukan? Seorang wakil rakyat yang seharusnya memperjuangkan aspirasi konstituen malah terlihat lebih nyaman berlari di ibu kota daripada meninjau kondisi infrastruktur di dapilnya sendiri.
“Dengan harapan semoga wajah baru parlemen ini dapat mewujudkan harapan rakyat,” ujar Marulak Marbun.
Sayangnya, wajah baru itu masih belum cukup untuk menutupi lubang-lubang besar di jalan desa Dapil dua Kabupaten Sanggau.
Apakah ini yang disebut “wajah baru”? Atau hanya wajah lama yang dipoles dengan lipstik politik?
Sebagai kader Partai Amanat Nasional (PAN), Marulak Marbun tentu memiliki beban moral yang tidak ringan. Dia bukan sekadar anggota DPRD biasa; dia adalah mantan Kepala Desa Sungai Mayam yang pernah dipercaya oleh warganya.
Namun, ketika naik pangkat menjadi wakil rakyat di tingkat kabupaten, apakah dia benar-benar membawa suara rakyat ke gedung parlemen?
Ataukah dia hanya menjadi bagian dari mesin politik yang sering kali lebih sibuk dengan agenda-agenda formalitas seperti kunjungan kerja (kunker) dan bimbingan teknis (Bimtek)?
Kehadirannya di Jakarta sebagai bagian dari rombongan Bimtek DPRD Kabupaten Sanggau patut dipertanyakan.
Apakah hasil dari Bimtek ini akan langsung dirasakan oleh masyarakat di Kecamatan Meliau dan Sungai Mayam? Ataukah hanya sekadar pengeluaran anggaran daerah yang tak jelas manfaatnya?
Janji Manis Infrastruktur: Jalan-Jembatan Tak Kunjung Datang
Salah satu janji utama Marulak Marbun adalah prioritas pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan di Dapil dua Kabupaten Sanggau.
“Mudah-mudahan segala bidang pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan dapat menjadi prioritas utama,” katanya dengan nada penuh keyakinan.
Namun, kenyataan di lapangan berkata lain. Di Kecamatan Meliau, jalan desa masih berlubang-lubang, bahkan ada yang hanya bisa dilalui dengan motor trail saat musim hujan.
Jembatan yang menghubungkan antar-desa pun masih banyak yang rusak parah, membuat akses ekonomi masyarakat terhambat.
Jika kita tarik garis lurus antara janji dan kenyataan, maka jaraknya mungkin lebih panjang daripada jalan berlubang di Kecamatan Meliau.
Apakah ini yang disebut “prioritas utama”? Atau hanya retorika politik yang digunakan untuk menenangkan hati konstituen?
Dapil Dua Kabupaten Sanggau: Ketika Harapan Rakyat Digantung Seperti Baju di Lemari
Ketika seseorang memilih wakilnya di parlemen, mereka pasti memiliki harapan besar. Mereka ingin wakilnya benar-benar memperjuangkan aspirasi mereka, bukan hanya berlari pagi di Jakarta tanpa hasil konkret.
Bagi masyarakat Dapil dua Kabupaten Sanggau, Marulak Marbun adalah simbol harapan itu.
Sayangnya, harapan tersebut sering kali hanya digantung seperti baju di lemari. Masyarakat di Kecamatan Meliau dan Sungai Mayam masih menunggu realisasi dari janji-janji kampanye yang telah diucapkan berkali-kali.
Mereka butuh jalan yang mulus, jembatan yang kokoh, dan akses ekonomi yang lancar. Bukan sekadar wakil rakyat yang sibuk dengan agenda-agenda formalitas di ibu kota.
Antara Agenda Serius dan Liburan Berbalut Anggaran Negara
Kunjungan Bimtek DPRD Kabupaten Sanggau ke Jakarta memang terdengar serius. Namun, jika kita telisik lebih dalam, ada beberapa pertanyaan yang patut diajukan.
Apakah agenda Bimtek ini benar-benar memberikan dampak nyata bagi masyarakat di dapil masing-masing? Ataukah hanya sekadar alasan untuk menghabiskan anggaran daerah?
Faktanya, banyak anggota DPRD yang lebih sibuk berfoto-foto di lokasi-lokasi wisata atau menikmati kuliner ibu kota daripada fokus pada materi Bimtek.
Apakah ini yang disebut “peningkatan kapasitas”? Atau hanya liburan berbalut anggaran negara?
Politik Lokal Semakin Jauh Dari Realitas Lapangan
Kasus Marulak Marbun dan kunjungan Bimtek DPRD Kabupaten Sanggau adalah potret kecil dari fenomena yang lebih besar.
Politik lokal di Indonesia sering kali lebih sibuk dengan formalitas dan pencitraan daripada solusi nyata bagi masyarakat.
Wakil rakyat yang seharusnya menjadi penyambung lidah konstituen justru semakin menjauh dari realitas lapangan.
Bagaimana mungkin seorang wakil rakyat bisa merasakan penderitaan masyarakat jika dia lebih sering berlari pagi di Jakarta daripada meninjau kondisi jalan desa di dapilnya?
Bagaimana mungkin janji-janji manis pembangunan infrastruktur bisa direalisasikan jika anggarannya habis untuk agenda-agenda yang tidak jelas manfaatnya?
Terus Berlari di Tempat
Marulak Marbun mungkin bugar setelah lari pagi di Jakarta. Namun, apakah janji-janjinya kepada masyarakat Dapil dua Kabupaten Sanggau juga sama bugar?
Ataukah hanya ilusi yang terus berlari di tempat tanpa pernah sampai ke garis finish?
Satu hal yang pasti: masyarakat di Kecamatan Meliau dan Sungai Mayam tidak butuh wakil rakyat yang bugar secara fisik.
Mereka butuh wakil rakyat yang bugar secara moral dan komitmen. Mereka butuh jalan yang mulus, jembatan yang kokoh, dan akses ekonomi yang lancar.
Bukan sekadar janji manis yang digantung seperti baju di lemari.